Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Memori; Angkatan Ke-26, SEMYOPAL II

 


(Sumber gambar: Katoliknews.com)

 

Jikalau tembok itu mampu berkata, pasti sedari itu ia berkata “kamu terus-terus saja yang lompat di sini!”.  Jikalau jalan itu mampu bersuara, pasti sedari itu juga ia berteriak “Romo, ada yang bolos”. Jikalau bangku dalam kapela itu mampu berdengung, pasti sedari itu ia melirih kita dan berceloteh “Tidur terus-terus’. Jikalu meja pada kelas itu mampu menangis, pasti sedari itu  ia menetes air mata, sebab kita terlalu keras memukulnya saat kita berolah vokal bersama. Jikalau kasur pada tempat tidur itu, mampu tersenyum, pasti sedari itu, ia tersungging diri. Sebab ia  mampu membuat kepala kita  nyaman untuk berteduh.

Tetapi mereka sama-sama mematung sunyi, Seakan membiarkan dan mendukung tindakan kita. Kita datang dari daerah,  serta latar belakang yang berbeda. Tetapi kita disatukan oleh rahim yang penuh hangat yakni SEMYOPAL II. Datang dengan  penuh keyakinan berjumlah 95 orang tetapi seiring bersama waktu. Kita dipilah satu persatu. Bukan karena kita tidak sanggup melainkan ini adalah caraNya yang luhur. Banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih. Saya meminjam kata-kata dari seorang comedyan angkatan bung Anno Lebar “Panggilan itu misteri, sulit ditebak dan terka. Kail-Nya di lempar saja, siapa yang kena, itu yang ditarik”. Lalu dipertegaskan lagi oleh Eki Ngambul “Berani memilih dan berani juga menerima, jikalau tidak dipilih”.

Ada sekian ribu kisah pergolakan dan pergumuluan yang sering kita hadapi. Mulai dari refleksi berhalaman-halaman, sampai pada di panggil kekamar sang tuan “sekali lagi engkau buat begitu, engkau akan keluar”. Kisah dan cerita itu, sudah tertempel jelas pada dinding tembok seminari, tercecer rapi pada setia diary kehidupa kita. Dalam angkatan tersebut ada sekian banyak dari kami yang memiliki talenta khusus. Mulai dari Anno Lebar, sang pelawak ulung. Eki Nggambul, sang vokalis jebolan Loyola idol. Emick, sang fotogarfer yang handal. Dan sejak saat itu, hasil jepretan tangan liarnya sudah menjadi sampul berbagai majalah local, mungkin sedikit lagi go internasional. Roni Galut, sang komponis ternama yang karya sudah terlaris manis. Andri Luruk, gitaris, dan masih banyak lainnya.

 Yang paling unik dari antara kami adalah saudara Servin Indra. Beliau  merupakan pribadi yang multitalent. Mulai dari lapangan sepak bola sampai pada panggung tetater, dia lincah dan lihai. Tetapi sejak dari dulu (mungkin sampai sekarang), ia belum mendapatkan wanita yang ia idamkan. Ia cukup kejam menyeleksi setiap wanita yang datang dan mau bersingga diri.

Dari yang sekian ini ada satu nama yang lupa. Amat perlu saya cantumkan namanya yakni Bovan Noters. Sejak masuk KPB ia selalu menjadi bagian penting dari sinagoga. Tanpa campur tangannya, kegiatan liturgis menjadi hambar. Ia dikenal sebagai bapak dinamika. Segala sesuatu dilakukan harus berdinamika.

Yang dipanggil sekian banyak, yang dipilih sekian sedikit. Pengalaman-pengalaman yang pernah saya alami itu bersama teman-teman angkatan, sungguh menyadarkan saya tentang “Setiap momen harus disadari”. Sadar akan apa yang, dan sedang kita lakukan. Jangan pernah membiarkan momen itu berlalu bersama waktu. Mengutip apa yang dikatakan oleh Risen Ronaldo “Hidup yang tanpa refleski tidak layak untuk dihidupi”. Lalu kembali dipoles oleh Anno Abun “Sadar diri itu perlu”.

Post a Comment for "Memori; Angkatan Ke-26, SEMYOPAL II "