Ritus Cear Cumpe Masyarakat Manggarai dan Hubungannya dengan Sakramen Baptis - Nerapost
Salah
satu ritus yang masih eksis di Manggarai yakni ritus cear cumpe. Ritus ini merupakan tradisi pemberian nama bayi yang
baru lahir. Biasanya dilakukan setelah bayi berusia beberapa hari setelah
kelahiran. Dalam ritus ini, tidak hanya sekadar memberi nama, tetapi juga
menyertakan makna filosofis dan simbolis yang berkaitan dengan hubungan manusia
dengan alam, leluhur dan pencipta.
Salah satu bagian yang menarik dari upacara
ini yakni membongkar tungku api, sebagai simbol bahwa sang ibu yang baru
bersalin tidur dekat tungku agar tetap hangat dan mengandung makna sebagai
perlindungan, keselamatan dan kehangatan keluarga serta lingkungan setelah
melahirkan. Selain itu, tradisi ini juga, berfungsi menjaga keharmonisan
sosial, kekeluargaan, penghormatan terhadap perempuan (Ibu yang baru
melahirkan), dan penghormatan terhadap leluhur.
Sakramen baptis dalam
sudut padang gereja Katolik yakni sakramen pertama dalam rangka inisiasi
kristen yang menjadikan seseorang sebagai anggota Gereja. Sakramen baptis
membebaskan penerimanya dari dosa asal dan semua dosa pribadi yang menghantar
orang tersebut pada penyucian, kelahiran baru dalam Kristus dan memasukan orang
itu ke dalam hidup bersama Allah dan Gereja.
Adapun simbol-simbol dalam
sakramen baptis yakni: Pertama, air
sebagai penyucian, kehidupan baru dengan rumusan Trinitas yakni “Aku membaptis
engkau dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh kudus. Kedua, minyak, kain putih, lili dan lain-lain yang menyimbolkan
terang Kristus, kemurnian, dan pengurapan Roh Kudus. Pemberian nama baptis biasanya
menggunakan nama baptis santo atau santa dalam Gereja, yang dipilih untuk
menjadi panutan dan nama tersebut menjadi bagian dari identitas iman seseorang.
Ritus caer cumpe dalam masyarakat Manggarai
memiliki hubungan dengan sakramen baptis gereja Katolik. Berikut ini beberapa
poin refleksi mengenai hubungan kedua tradisi ini;
Pertama, pemberian nama. Dalam ritus cear cumpe pemberian nama sebagai bagian
dari upacara kelahiran. Baptis Katolik juga melibatkan pemberian nama baptis.
Namun, bukan hanya sebagai identitas tetapi juga harapan, doa dan simbolisme.
Nama baptis menggunakan nama santo atau santa diharapkan memberi teladan iman
bagi si anak. Dalam cear cumpe, nama
sering berkaitan dengan alam, kampung atau leluhur yang menunjukan hubungan si
anak dengan akar budaya.
Kedua,
inisiasi dan pengenalan dalam komunitas. Ritus cear cumpe menandai hadirnya bayi dalam komunitas keluarga dan masyarakat.
Bayi itu disambut dan diperkenalkan kepada seluruh masyarakat. Sakramen baptis merupakan
pintu masuk resmi ke komunitas iman atau Gereja. Keduanya memiliki unsur
penerimaan, pengenalan dan penggabungan dalam suatu komunitas spiritual.
Ketiga,
dimensi spiritual dan religius. Meskipun dalam cear cumpe bersifat adat, ada pengenalan terhadap pencipta,
penghormatan kepada leluhur dan alam yang dianggap bagian dari ciptaan.
Sakramen baptis merupakan tindakan secara langsung berkaitan dengan iman kepada
Allah, penyucian dosa, walaupun cara dan kerangka teologisnya berbeda.
Post a Comment for "Ritus Cear Cumpe Masyarakat Manggarai dan Hubungannya dengan Sakramen Baptis - Nerapost"