Dapur Mama || Puisi BD
(Sumber gambar: jayamandiriteknik.com)
Pada
sudut rumah yang tak pernah menuntut pujian,
dapur mama berdiri,
sebuah altar kecil dari api dan kesabaran.
Panci-panci
menggantung seperti bulan-bulan rapuh,
menyimpan gema tawa yang pernah jatuh,
di antara uap dan aroma bawang.
Sendok kayu itu,
tongkat sihir yang sederhana,
mengaduk bukan sekadar bumbu.
Melainkan harapan yang ingin tetap hangat
di piring siapa pun yang pulang terlambat.
Lantai yang retak
sedikit itu
adalah peta perjalanan kasih,
di mana langkah mama pergi kembali,
tanpa pernah bertanya kapan berhenti.
Dan kompor tua yang
menyala pelan
adalah matahari kecil yang setia,
menemani subuhnya yang dingin,
menyalakan siang bagi yang lain.
Dapur mama,
tempat di mana cinta disajikan dalam bentuk paling sunyi.
Asap tipis naik ke udara
sebagai doa yang tak pernah habis.

Post a Comment for "Dapur Mama || Puisi BD"