Lelaki Penikmat Kopi || Cerpen BD
(Sumber Foto:coffeeland.co.id)
Cukup benar kata mereka kopi bukan hanya mampu melahirkan imaji-imaji liar tetapi ia juga mampu mengantar si penyeduh untuk bersua muka. Pada suatu hari, tepatnya saat rinai hujan mulai membasahi tanah. Saat itu aku sedang duduk di teras rumah. Suasana yang teduh apalagi dengan hujan yang menghatar gigil membuatku mulai melipat tangan.
Sore itu aku
duduk sambil menghitung jumlah butiran air hujan yang jatuh dari genteng. Sudah
lama aku duduk mematung sunyi pada tempat itu. Sekian ratus juga aku telah
menghitung jumlah butiran air hujan. Saking sepinya, mataku mulai mencari cara
agar ia bersembunyi pada kelopaknya.
***
Sudah berapa kali aku mau jatuh. Kepalaku pada saat itu cukup berat menahan rasa ngantuk. Pada saat yang sama, aku teringat pesanan ibu sebelum ia pergi ke kampung sebelah. “Nak, kalau mau putar kopi, gula dan kopinya ada di lemari dekat rak piring”, kata ibu. Pada saat itu, ibu dengan buru-buru pergi ke kampung sebelah. Akupun langsung bergegas menuju ruang tengah.
Aku mulai menakar kopi dan gula yang pas, setidaknya mampu
bersaing dengan barista-barista ternama di pinggir jalan itu. Aku mulai mengaduk
agar gula dan kopinya tercampur merata. Sore itu, aku menikmati kopi panas dengan
rasa yang nikmat. Suhu dingin sore itu, kini sudah tak terasa lagi. Apalagi satu
batang rokok surya pro sudah mulai mengasap. “Terlalu nikmat”, lirihku.
***
Aku melewati hari begitu-begitu saja. Cukup
hambar. Aktivitas di rumah hanya makan dan tidur. Jarang juga aku pergi
berolahraga bersama teman-teman sekompleksku. Pada suatu hari aku diajak oleh
seorang sahabat untuk mengikuti pertandingan sepak bola di kampung sebelah. Kami
dua, cukup diakui di daerah itu sebagai pemain sepak bola yang hebat. Sehingg tak
jarang kami diminta dari klub lain untuk memakai jasa kami.
Kami berjalan menuju tempat turnamen
itu. Kami memakai sepeda motor tetangga, Maklum saja, kami berdua anak orang
sederhana di kampung itu. Sesampainya di kampung itu, Kami sudah ditunggu oleh
banyak orang. Asisten pelatih menyuruh kami untuk cepat-cepat memakai kostum. Sore
itu, kami layaknya politisi yang memiliki daya pamor tinggi. Kami disorak-soraki.
Nama dan nomor punggung kami sudah menyebar pada poster penonton.
Sore itu pertandingan cukup sengit. Klub
sebelah bermental baja dan mereka juga mampu menguasi pertandingan. Tetapi dewi
fortuna masih berpihak pada klub kami. Kami keluar sebagai pemenang. Pertandingan
sore itu mendapat kesan buruk. Pertandingan harus diberhentikan kurang lebih 30
menit. Karena ada kericuhan baik antara pemain maupun penonton.
***
Dua minggu setelah pertandingan, aku
pergi ke kota untuk belanja. Aku harus melewati kampung yang menjadi lawan
dipertandingan kemarin. Tepat di kampung itu, tiba-tiba hujan lebat. Aku harus
berhenti di sebuah kios. Awalnya aku hanya berteduh. Tetapi pemilik kios itu
melihatku berdiri di samping kiosnya langsung memanggiku agar segera masuk ke
dalam kiosnya. Ternyata di dalam kios ini ada
banyak orang dan semuanya pernah dan terlibat dalam pertandingan
kemarin.
Aku mulai gugup. Seorang lelaki
bertubuh gempal langsung memelukku. “Tidak perlu takut. Kami tidak dendam. Masalah
di lapang jangan pernah bawa keluar”, katanya. Akupun dipersilakan duduk di
tengah-tengah mereka. Lalu mereka memesan kopi untukku. Sore itu, aku merasa
bahagia sekali, Kopi dan rokok menjadi awal persahabat kami. Kami bercerita
panjang lebar di kios itu. Hingga akhirnya hujan reda dan kopipun ikut habis.
“Kopi selau menjadi sahabat terbaik sekaligus perantara relasi. Kita duduk melingkar bersama sahabat sambil minum kopi sudah pasti ada canda-tawa di sana. Kopi juga mampu mendamaikan 'aku' dengan diri sendiri dan mungkin juga dengan orang lain yang telah menjadi musuh dalam hidup”, Tulisku pada sebuah buku harian setelah pulang dari kios itu.
Post a Comment for "Lelaki Penikmat Kopi || Cerpen BD"