Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Gadis Lugu Berkizomba || Cerpen BD

 

(Sumber Gambar: depositphotos.com)

Sekali aku belajar tentang lekuk pada wajahmu yang lugu. Beribu tanya sudah memain tingkah pada imajiku. Memainkan imaji tanpa sepengetahuanmu adalah kesalahkan yang menguni. Mengapa tidak, sebab semakin aku berimaji tentangmu, Semakin aku jatuh cinta padamu. Tantapan mata sipitmu membuat aku salah tingkah di hadapan wajah lugumu. Sesekali engkau memberi senyum, Aku langsung tunduk lesu dan tak berdaya. Mungkin karena aku tidak percaya diri dihadapanmu.

            Satu tahun yang lalu, pada saat engkau berkunjung ke daerahku. Engkau datang dengan penuh pesona. Gaya khas anak kota semakin nampak. Sekian banyak orang bertanya-tanya tentangmu. Mulai dari nama sampai ke hal-hal yang pribadi. Engkau cukup tertutup. Engkau hanya bergaul dengan orang-orang sepadan denganmu. Itulah yang membuatku tidak bernai untuk berkenalan denganmu.

***

Yah,, awalnya perjumpaan kita begitu-begitu saja. Tak terlalu dalam. hingga akhirnya kita dipertemukan kembali di sebuah kampus. Kita sama-sama berada diprodi bahsa dan sastra. Anehnya, kita juga satu kelas. Mungkinkah ini suatu kebetulan. Aku rasa tidak. Setiap kali engkau datang ke kelas dan menggambil tempat duduk tepat di belakangku. Aku keringatan. Jujur saja, aku belum percaya diri untuk bercanda denganmu. Aku masih ingat, pada saat pembagian kelompok untuk mengerjakan tugas pragmatic. Aku sendiri dipercayakan untuk menjadi ketuanya dan engkau wakilnya.

            Engkau berinisiatif untuk membuat grup whatsapp kelompok. Kamu tahu, itu adalah surga bagiku. Dengan itu akan dapat mencuri nomor whatsappmu. Kita telah akrab layaknya sahabat yang sudah saling kenal cukup lama. Hingga akhinya engkau mencoba bertanya tentang “Laki-laki itu bagaimana sih”. Pertanyaanmu cukup menggelikanku. sebab pertanyaan yang tidak berfaidah bagiku. atau mungkin itu caramu untuk berakrab denganku. tetapi aku tidak.

***

            Aku hanya membalas pesanmu dengan pertanyaan balik “Kenapa engkau sampai bertanya demikian?”. Kitapun saling kabar hanya begitu-begitu saja. tidak lebih dari tanya kabar sampai sedang buat apa.

            Pada suatu ketika, tetapnya pada hari ulang tahunmu. Aku mengirimkan kata ucapan selamat bagimu. Engkau membalasnya dengan nada yang datar saja. Akupun membuka story pada whatsappmu. Aku melihat engkau mengunggah story tentang masa lajangmu. Aku dengan berani mencoba mengomentarinya “Yang benar saja ini”. Engkaupun dengan cepat membalasnya “Benar kak, saya jomblo. Tidak ada yang mau dengan kami yang jelek ini”. Aku membaca pesanmu dengan mengerutkan kening. Apa banar ia belum memiliki pacar. Lalu pada suatu sore, Aku dengan berani mengirim pesan padanya “Aku menyukaimu”.

***

            Aku mengirim pesan itu dengan hati yang kacau. Andai saja ia menolaknya. Aku malu, sebab ia adalah sahabatku sendiri. Hingga malam, engkau belum membalas pesanku. Aku menunggu terlalu lama. Aku berinisiatif untuk bertemu langsung denganmu. Saat aku mendekati rumahmu. Aku melihat engkau sedang duduk dengan sahabat-sahabatmu. Akupun kembali pulang dengan hati yang kecewa.

            Tiblah suatu saat dimana kita sama-sama mengikuti pesta wisuda dari seorang senior kita. Kita sama datang dengan dandanan yang menawan. Engkau mengambil tempat di bagian depan tepat di belakang dosen yang galak itu. Aku mencoba untuk duduk tepat di sampingmu, tetapi aku takut. Ekor mata dosen itu terlalu ganas.

***

Pesta itu kita lalui begitu saja. Kita tidak ada kesempatan untuk bertemu. Apalagi untuk berngobrol langsung denganmu. Pada saat acara bebas, para pelayan sudah mulai sibuk menggeserkan kursi ke samping. Aku mencoba mendekatimu, dengan wajah wanismu engkau menyapaku dengan santun “Haee,, kaka juga datang”. Aku hanya menganggukkan kepala sambil tersenyum.

Kini kita sudah duduk bersama. Sama-sama menunggu lagu yang paling baik untuk berdansa. Setelah sekian banyak lagu kita lewati, kini lagu dansa mulai memainkan peran. Engkau langsung berdiri dan menarik tanganku. Awalnya aku malu. karena aku tidak tahu berdansa, apalagi dansa kizomba ala Portu. Jujur aku tidak tahu. Engkau terus memaksa aku.

***

Pada saat yang sama seorang laki-laki di sampingku sudah memberi kode kepadamu agar ia berdansamu. Aku tidak mau engaku berdansa dengan laki-laki lain. Akupun berdiri dan mulai berdansa. Aku terlalu kaku berhadapan dengan gerakanmu yang begitu lentur. Awalnya kita hanya bergandengan tangan. tetapi engkau berbisik padaku “Kaka, kita dansa kizomba saja ya”. Aku sudah mulai berkeringat.

Engkau mulai melingkari tanganmu pada leherku. Aku semakin keringat. Apalagi pada saat kakiku masuk kedalam pahamu. Aku semakin tak berdaya. Harum badan dan parfummu semakin memainkan adrenalinku. Hingga akhirnya kita sama-sama berkeringat. Engkau berkeringat karena engkau terlalu banyak bergerak sedangkan aku berkeringat karena aku gugup.

            Malam itu, malam yang terindah yang aku rasa. Malam yang membuat aku semakin mengenalmu. Malam itu juga, kita sama mengungkapkan rasa. ternyata kita sama-sama saling menyukai.

 

Post a Comment for "Gadis Lugu Berkizomba || Cerpen BD"