Gadis Lugu Berkizomba || Cerpen BD
Sekali
aku belajar tentang lekuk pada wajahmu yang lugu. Beribu tanya sudah memain
tingkah pada imajiku. Memainkan imaji tanpa sepengetahuanmu adalah kesalahkan
yang menguni. Mengapa tidak, sebab semakin aku berimaji tentangmu, Semakin aku
jatuh cinta padamu. Tantapan mata sipitmu membuat aku salah tingkah di hadapan
wajah lugumu. Sesekali engkau memberi senyum, Aku langsung tunduk lesu dan tak
berdaya. Mungkin karena aku tidak percaya diri dihadapanmu.
Satu tahun yang lalu, pada saat
engkau berkunjung ke daerahku. Engkau datang dengan penuh pesona. Gaya khas
anak kota semakin nampak. Sekian banyak orang bertanya-tanya tentangmu. Mulai dari
nama sampai ke hal-hal yang pribadi. Engkau cukup tertutup. Engkau hanya
bergaul dengan orang-orang sepadan denganmu. Itulah yang membuatku tidak bernai
untuk berkenalan denganmu.
***
Yah,,
awalnya perjumpaan kita begitu-begitu saja. Tak terlalu dalam. hingga akhirnya
kita dipertemukan kembali di sebuah kampus. Kita sama-sama berada diprodi bahsa
dan sastra. Anehnya, kita juga satu kelas. Mungkinkah ini suatu kebetulan. Aku rasa
tidak. Setiap kali engkau datang ke kelas dan menggambil tempat duduk tepat di
belakangku. Aku keringatan. Jujur saja, aku belum percaya diri untuk bercanda
denganmu. Aku masih ingat, pada saat pembagian kelompok untuk mengerjakan tugas
pragmatic. Aku sendiri dipercayakan untuk menjadi ketuanya dan engkau wakilnya.
Engkau berinisiatif untuk membuat
grup whatsapp kelompok. Kamu tahu,
itu adalah surga bagiku. Dengan itu akan dapat mencuri nomor whatsappmu. Kita telah akrab layaknya
sahabat yang sudah saling kenal cukup lama. Hingga akhinya engkau mencoba
bertanya tentang “Laki-laki itu bagaimana sih”. Pertanyaanmu cukup
menggelikanku. sebab pertanyaan yang tidak berfaidah bagiku. atau mungkin itu
caramu untuk berakrab denganku. tetapi aku tidak.
***
Aku hanya membalas pesanmu dengan
pertanyaan balik “Kenapa engkau sampai bertanya demikian?”. Kitapun saling
kabar hanya begitu-begitu saja. tidak lebih dari tanya kabar sampai sedang buat
apa.
Pada suatu ketika, tetapnya pada
hari ulang tahunmu. Aku mengirimkan kata ucapan selamat bagimu. Engkau membalasnya
dengan nada yang datar saja. Akupun membuka story
pada whatsappmu. Aku melihat engkau
mengunggah story tentang masa lajangmu.
Aku dengan berani mencoba mengomentarinya “Yang benar saja ini”. Engkaupun dengan
cepat membalasnya “Benar kak, saya jomblo. Tidak ada yang mau dengan kami yang
jelek ini”. Aku membaca pesanmu dengan mengerutkan kening. Apa banar ia belum
memiliki pacar. Lalu pada suatu sore, Aku dengan berani mengirim pesan padanya
“Aku menyukaimu”.
***
Aku mengirim pesan itu dengan hati
yang kacau. Andai saja ia menolaknya. Aku malu, sebab ia adalah sahabatku
sendiri. Hingga malam, engkau belum membalas pesanku. Aku menunggu terlalu
lama. Aku berinisiatif untuk bertemu langsung denganmu. Saat aku mendekati
rumahmu. Aku melihat engkau sedang duduk dengan sahabat-sahabatmu. Akupun kembali
pulang dengan hati yang kecewa.
Tiblah suatu saat dimana kita sama-sama mengikuti pesta wisuda dari seorang senior kita. Kita sama datang dengan dandanan yang menawan. Engkau mengambil tempat di bagian depan tepat di belakang dosen yang galak itu. Aku mencoba untuk duduk tepat di sampingmu, tetapi aku takut. Ekor mata dosen itu terlalu ganas.
***
Pesta
itu kita lalui begitu saja. Kita tidak ada kesempatan untuk bertemu. Apalagi untuk
berngobrol langsung denganmu. Pada saat acara bebas, para pelayan sudah mulai
sibuk menggeserkan kursi ke samping. Aku mencoba mendekatimu, dengan wajah
wanismu engkau menyapaku dengan santun “Haee,, kaka juga datang”. Aku hanya
menganggukkan kepala sambil tersenyum.
Kini
kita sudah duduk bersama. Sama-sama menunggu lagu yang paling baik untuk
berdansa. Setelah sekian banyak lagu kita lewati, kini lagu dansa mulai
memainkan peran. Engkau langsung berdiri dan menarik tanganku. Awalnya aku
malu. karena aku tidak tahu berdansa, apalagi dansa kizomba ala Portu. Jujur aku tidak tahu. Engkau terus memaksa aku.
***
Pada
saat yang sama seorang laki-laki di sampingku sudah memberi kode kepadamu agar
ia berdansamu. Aku tidak mau engaku berdansa dengan laki-laki lain. Akupun berdiri
dan mulai berdansa. Aku terlalu kaku berhadapan dengan gerakanmu yang begitu
lentur. Awalnya kita hanya bergandengan tangan. tetapi engkau berbisik padaku “Kaka,
kita dansa kizomba saja ya”. Aku sudah
mulai berkeringat.
Engkau
mulai melingkari tanganmu pada leherku. Aku semakin keringat. Apalagi pada saat
kakiku masuk kedalam pahamu. Aku semakin tak berdaya. Harum badan dan parfummu
semakin memainkan adrenalinku. Hingga akhirnya kita sama-sama berkeringat. Engkau
berkeringat karena engkau terlalu banyak bergerak sedangkan aku berkeringat
karena aku gugup.
Malam itu, malam yang terindah yang
aku rasa. Malam yang membuat aku semakin mengenalmu. Malam itu juga, kita sama
mengungkapkan rasa. ternyata kita sama-sama saling menyukai.
Post a Comment for "Gadis Lugu Berkizomba || Cerpen BD"