Lelaki Pertama || Cerpen BD
Jikalau
ada malam lain yang lebih dari ini, pasti aku lebih memilih itu. Sebab malam
ini tak ada bedanya dengan malam-malam yang telah kita lewati bersama. Tak ada
kecupan romantis. Tak ada layar-layar rasa saat pertama bersenggama. Katanya,
malam pertama itu penuh dengan sensai. Tetapi mungkin itu bagi mereka. Bagiku tidak.
Sejek mengikrar janji sehidup semati, aku biasa-biasa saja.
Datang
dan berdiri di hadapannya tanpa rasa canggung ia melepaskan seluruh tirani
hidupnya. Tak ada yang tertutupi semuanya terbuka lebar. Layaknya objek wisata
yang harus dijajal mata. Cahaya lampu kian bersinar, wajahnya juga ikut memancar
tawa. Mungkinkah ia telah bermalam dengan yang lain, sehingga ia tak malu lagi.
Itu
perkara sulit jika aku telusiri lebih dalam. Bisa-bisanya rumah tangga yang
telah dibangun beberapa jam yang lalu akan kembali hancur dan tak tahu arah. Bagiku
semua orang mempunyai masa lalu. Tetapi sesadis itukah masa lalunya?,
mungkinkah aku mejadi wanita yang kesekian menemani rusuk-rusuknya di ranjang
malam. Semoga saja tidak.
***
Sebelum aku beradu
janji degannya. Aku belum terlalu mengenalnya. Ia laki-laki yang suka tertutup
apalagi dengan masa lalu. Baginya masa lalu tak perlu dibahas lagi. Yang paling
penting kita sama membingkai masa depan. Kata-kata pembelaanya membuat aku selalu
terdiam. Aku tak berani menanyakan perihal, apakah engkau masih murni?. Tetang itu
aku hanya berkata dalam diri “Aku juga punya masa lalu”.
Jalan terbaik bagiku
membirkan masa depan itu datang tanpa harus melihat kembali masa lalu. Itu cukup
konyol. Bila aku melihat hpnya, ada sekian banyak foto-foto dari mantannya dan
mungkin juga mereka masih saling memberi kabar. Biarkan waktu yang
mengungkapkan itu semua.
***
Beberapa bulan yang
lalu, aku mengenalnya di sebuah gan pertokoan di kota itu. Ia sedang duduk
bersama teman-temannya sambil menyeduhkan tuak. Aku berjalan melewati mereka. Ekor
mata mereka sudah pasti tertuju kepadaku. Apalagi waktu itu, aku memakai celana
jens putih yang super ketat. Memperlihatkan bokongku yang seksi.
Iapun langsung berdiri dan mengerjaku sampai
di dalam pasar. Awalnya aku risih dengan caranya. Tetapi cukup asyik. Hampir pasti
seperti di sinetron. Laki-laki mengerjar wanita sampai tidak tahu diri.
Caraku memancingnya
dengan menoleh dan memberikan senyum. Iapun dengan penuh semangat mengikutiku
meski teman-temannya berteriak “lanjut minum dulu kawan”. Tetapi ia tidak
mempedulikannya. Baginya tuak tak ada rasa bila dibanding denganku. Tepatnya di
sebuah toko di dalam pasar. Ia meraih tanganku dengan cepat. Aku membetaknya. Seketika
itu juga semua orang menoleh kearah kami.
***
Kamipun berkenalan
sampai akhirnya sama-sama nyaman. Tak ada lagi rasa canggung bila berjalan
bersama, entah kemana. Bagiku ia adalah laki-laki istimewa. Selain parasnya, ia
juga cukup pintar. Setiap kali momen berdua, kami seringkali beradu mulut tentang
suatu hal.
Ia memberikan dan menjeleskan dengan pandangan
teoritis. Setiap kali ia berkata-kata aku selalu memperhatikan mulutnya. Ia terlalu
manis. Hingga akhirnya ia selalu mengalah bila aku memberikan tanggapan meski tak
sekritis dirinya.
Ia laki-laki hebat. Calon
ayah yang kuat bagiku. Setiap malam aku selalu memikirkan tentangnya. Mulai dari
membangun keluarga sampai kami sama-sama tua dan saling mendorong kursi roda. Menghayal
akan hal itu membuatku ingin sekali menjadikan ia sebagai ayah dari
anak-anakku. “Andai saja pacaran seindah mengahayal, pasti tak ada pasangan
yang ingin saling pisah”.
***
Hingga akhirnya kami
memutuskan untuk membangun keluarga yang baru. Semuanya berjalan lancar tetapi
hal yang tidak aku duga pada saat malam pertama. Ia tak seganas ide-idenya. Ia tak
seliar pikirannya. Ia tak sekaut kakinya berjalan menaiki bukit itu. pokok ia
kalah dan mengalah. Ia hanya memandangku dengan tatapan “Hanya ini yang aku
bisa”.
Tiba-tiba aku dibangunkan oleh ibu. Ternyata aku sudah tidur berkepanjangan dan melewati mimpi yang begitu unik tetapi cukup indah. akupun membuka jendela kamar dan ternyata lelaki yang ada dalam mimpiku sedang membersihkan halaman rumahnya. Akupun tersenyum. Bagiku apa yang ada dimimpi, itulah dia.
Post a Comment for "Lelaki Pertama || Cerpen BD"