Butuh Kepastian bukan Sekadar Janji || Cerpen BD
(Sumber Foto: pixabay.com)
Wanita butuh
kepastian, bukan janji. Apalagi gombal yang terlampau jauh, sampai lupa
menepatinya. Kepastian adalah jalan terbaik menggapai masa depan cerah. Jika hanya
sekadar mencari gara-gara, mending menjauh. Sebab hidupmu akan diliputi
permainan yang tidak akan tahu kapan merayakan kemenangannya. Carilah yang
pasti. Menjauhlah dari mereka yang hanya mau bermain untuk menghabiskan waktu. Ingat,
waktu amat berharga bagi mereka yang membutuhkan keseriusan.
Senja masih setia menemani Adelia di bibir Pantai Pede. Tangannya masih bermain pasir yang bersih. Sesekali ia menggenggam pasir itu lalu melemparnya ke laut. Pasir itu ditelan air laut. Mungkinkah perasaannya harus dilepaskan ke laut, biar resah dan ketakutannya ikut menghilang.
Pasir Pantai Pede terlampau bersih, sama
seperti hatinya bersih pada saat ia mengenal lelaki itu. wajahnya masih ceria
melihat ke arah pulau yang menelan senja itu. Sudah dua jam ia menunggu. Tetapi
lelaki itu tak kunjung datang. Haruskah ia terus menunggu meski belum ada
kepastian dari lelaki itu.
Baca Juga: Herlin-Gadis-di-Alfamart
***
Adelia mulai
berjalan di bibir pantai. Betisnya yang begitu mulus dan indah, seperti Susana sore
itu. ia menendang gundukan pasir tetapi kakinya tak merasa sakit. Haruskah hatinya
sekuat kakinya. Menahan sakit dan perih meski itu ia terluka. Adelia
mondar-mandir di bibir pantai, lelaki itu tak kunjung datang. Ia melihat jam
pada tangannya, sudah pukul 18:00. Senja itu sudah pamit. Tetapi Adelia masih
belum pamit dari tempat itu. Haruskan ia terus bertahan dan menunggu?.
Ia jalan menjauh dari pantai. Di bawah pohon Cresen ia duduk sambil membentang kakinya yang sudah mulai lelah. Mungkin juga hatinya sudah lelah. Ia terus menanti lelaki. Pohon itu menjadi saksi kedua penantiannya setelah bibir pantai. Ia mulai menangis lantas hatinya kecewa.
Lelaki itu terus berjanji “Kita bertemua di
pantai pede”. Tetapi janji adalah janji. Ia tak mampu melunasi janjinya. Harusakah
adelia mengutuk lelaki itu. sekali tidak, ia juga terlampau jauh mencintainya. Ini
sudah kesekian kali janjinya tetapi tak satupun ditepatinya. Adelia tetap
bertahan, ia percaya akan suatu perubahan yang terjadi pada lelaki itu.
Baca Juga: Kepenuhan-janji
***
Sudah lima jam
ia menunggu. Lelaki itu tak kunjung datang. Ia mulai berpamit dari tempat itu. air
matanya terus menetes. Seakan tak terima dengan apa yang terjadi. Haruskan ia
bertahan dengan luka?, haruskan ia bertahan dengan air mata?, haruskan ia
menahan semuanya demi hatinya yang terlalu mencintai.
Hatinya mulai
terluka. Tangisan lukanya semakin terlihat jelas disaat ia mengendarai motornya
dengan kencang. Ia tak pedulia dengan keselamatan dirinya. Hanya dengan itu ia
melempiaskan rasa kecewanya. Lelaki itu terlalu kejam. Ia yang membuat janji
tetapi ia juga yang mengingkari.
Adelia harus
berpisah dari lelaki itu. Itu jalan yang paling benar. Untuk apa bertahan jika
terus terluka. Untuk apa menahan duka jika itu sudah terlampau sadis. Kesalahan
terbesar Adelia harus mempertahankan lelaki yang suka membuatnya luka. Lelaki itu
tak pasti. Ia pecundang yang suka bermain-main. Suka menghabiskan waktu orang
lain dengan gara-garanya. Pergilah Adelia, masih banyak yang pasti di luar sana.
Post a Comment for " Butuh Kepastian bukan Sekadar Janji || Cerpen BD"