Wanita yang Rapuh || Cerpen BD
Sudah seberapa
sering engkau menciptakan luka?. Sudah berapakali engkau hadir sebagai pengobat
luka. Jika belum pernah, berhentilah. Kamu tak tahu tentang luka dari wanita. Kamu
tak tahu seberapa besarnya dukanya. Air mata wanita itu mahal, memang mereka
gampang menangis tetapi air mata itu sebagai tanda paling tulus untuk rasanya.
Luka pada
tubuh gampang diobati tetapi luka pada hati butuh waktu yang panjang, mungkin
juga ia tak mampu mengobati lukanya. Wanita terluka karena ia terlalu percaya
padamu. Sebab baginya engkau sebagai penawar yang ampuh untuk sepinya.
***
Wanita itu
masih setia duduk berpangku sepi. Pada teras rumah ia meliuk diri sembari
menatap diri yang malang. Tak ada lagi tawa, tak ada lagi canda yang ada hanya
diri yang murung. Menyesal diri sudah terlambat. Memohon ampun pada Tuhan juga
sudah tak mungkin.
Berkali-kali
ia mencaci maki lelaki itu. Bahkan ia berontak pada Tuhan, inikah pilihan yang
terbaik untukku. Jika aku harus menerima takdir ini mending aku mati saja. Sudah
terlalu sakit. Air matanya sudah habis dipenyesalan. Air mata yang tak bersalah
harus ikut menanggung rasanya.
Baca Juga: Nadia-cemburu-pada-Tuhan
***
Duduk berdiam
diri layaknya orang mati. Sekujur tubuhnya menjadi kaku. Matanya hanya setia
memandang pohon jambu di depan rumahnya. Sedangkan mulutnya tak sanggup
berkata-kata. Ia terus diam, mati bersama luka yang harus ia tanggung. “Nak, ini sudah malam. Ayo,
segera masuk” kata ibunya. ia tetap diam. Matanya terus melotot pada malam yang
gumam sepi. Pohon jambu itu sudah bersembunyi di balik malam.
Ia tetap duduk
mematung, kaki-kakinya sedikit mulai bergerak. Bukan untuk berdiri dan berjalan
tetapi hanya untuk merentangkannya. Mungkin betisnya terlalu pegal menahan
berat tubuhnya. “Nak, ayo. Nanti kamu sakit loh” kata ibunya. ia hanya menoleh
sejenak kepada ibunya. ia menatap ibunya dengan tatapan sayu. “Ibu seberat
inikah kehidupanku?” katanya kepada ibu.
***
Sang ibu tahu betul tentang pergolakan batin dari anaknya. sang ibu memeluk anaknya dan berkata “Jangan pikir itu lagi, engkau masih punya masa depan”. Ia menangis pada pelukan sang ibu. Semakin erat ibunya memeluk, tangisannyapun semakin menjadi.
Ia memeluk
ibunya dengan erat. Tak ada lagi kata-kata, yang ada hanyalah deshan nafas yang tak menentu. Ia sudah 30 menit menangis. Ibunya membiarkan ia terus menangis. Mungkin
dengan itu lukanya bisa sembuh.
Post a Comment for "Wanita yang Rapuh || Cerpen BD"