Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Dalam Hening, Aku Merasa Sendirian – Nerapost

(Sumber gambar: www.wallpaperbetter.com)



Oleh: Sr. Patri Firtika, SSpS

Mentari kembali menyapa bumi. Ia membisik lembut dalam hening nya kesejukan. Membuka tirai kehidupan di awal hari dengan sejuta rahmat. Suasana begitu damai dan menakjubkan di kala alam mulai bermain peran taat kala bernyanyi gembira dalam lantunan syukur. Membangunkan jiwa yang terlelap dalam belaian Malam dan perlahan pamit bersama datangnya fajar. Cahayanya bersinar menyinari dunia, membias sampai ke sudut-sudut semesta, menyirami jagat dengan embun kasih yang tak terperikan. Ia menyingkap cakrawala dalam gelora keindahannya.

 

(Baca juga: Rasa || Puisi Febriani)

 

Aku di sini merajut kisah bersama mentari. Menata asrama dalam Dia yang tak nampak namun nyata. Hari ini adalah hari ulang tahun ku dan seperti biasanya dirayakan dalam kemeriahan. Namun entah mengapa suasana saat ini sangat berbeda dengan kenangan silam yang telah kurasakan. Tiupan lilin dan nyanyi-nyanyian tidak lagi didendangkan, semuanya sepi dalam diam.

Aku merasa bahwa waktu tak berpihak namun cerita cinta yang kualami mempunyai makna tersendiri karena saat itu aku mendapat restu dari orang tua untuk mengabdikan diri kepada Tuhan sebagai suster kontemplatif. Ini merupakan berita gembira sekaligus kado istimewa di hari jadi ku. Kenangan silam menjadi catatan kelam yang memberikan ku pelajaran bahwa tidak harus gembira dalam kemewahan, di kala menunduk untuk mendapat pengakuan bahwa semuanya berjalan dalam kekayaan. Semuanya fana, dalam Dia  tidak ada hal yang harus dibanggakan.


 

(Baca juga: Pastor dan Sahabat Pemabuknya- Nerapost)

 

Sapaan lembut nan tulus dari sesama lebih berharga dari segala galanya. Kali ini aku merasakan hatiku berbicara dan jiwaku bersorak dalam keheningan, berdendang ria dalam sukacita dan bermadah indah dalam syukur yang tak berhingga. Cinta-Nya lebih besar dari apapun. Mungkin aku berpikir bahwa semuanya harus sejalan dengan apa yang kuinginkan namun pada kenyataannya Dia lebih mengenal dan mengetahui akan apa yang sedang aku rasakan. Karena dalam keheningan dia berbisik bahkan berteriak memanggil namaku.

Aku telah salah menilai tentang kesederhanaan.

Mataku telah tertutup oleh keindahan dunia

Tanganku telah meraih begitu banyak kefanaan

Pikiranku telah dikuasai oleh kenikmatan.


 

(Baca juga: Adnyana Akas || Cerpen Herwin Ndama)

 

Hatiku telah berpaut dalam ketamakan

Kakiku telah berlangkah menuju kebinasaan

Mulutku terlalu berbicara tentang faedah

Dan raga ku telah diikat oleh kelekatan duniawi.

 

(Baca juga: Skripsi Gagal Terus, Inilah Penyebabnya)

 

Aku membutuhkan sedikit waktu untuk mengubahnya menjadi sesuatu yang berharga. Aku menyadari bahwa rahmat-Nya akan berkarya dan cinta-Nya akan merekah seperti fajar laksana bak mentari yang memberi kehangatan pada jiwa-jiwa yang letih. Tempat bernaung bagi yang berpulang pada jalan-Nya, lentera dalam kegelapan, sukacita dalam kesesakan dan pengharapan dalam pergumulan. Semuanya tak mungkin sia-sia.

Post a Comment for "Dalam Hening, Aku Merasa Sendirian – Nerapost"