Cintaku Kandas di Dermaga || Cerpen Aldi Jemadut
(Sumber gambar: www.pexels.com)
Saya Rikuh, tukang ojek di salah satu kota yang terkenal akan objek wisatanya. Setiap hari saya selalu duduk menunggu penumpang disalah satu posko ojek, kadang juga berkeliling mencari penumpang di setiap gang jalan kota tersebut. Sebagai tukang ojek saya selalu turuti permintaan penumpang. Kali ini saya mendapati penumpang seorang cewek cantik bernama Kerih.
Ia bekerja disalah satu toko
bangunan di kota tersebut. Karena saya sudah cukup lama berkenalan dengan Kerih, kali ini saya
mencoba untuk mengajak Kerih ke suatu tempat. Kerih pun meng-ia-kan permintaan
saya untuk berjalan-jalan
menuju pada tempat yang nyaman untuk bergurau atau bercengkrama. Kami pun
berjalan menuju bukit yang berpanorama indah. Sesampainya di atas bukit tersebut
kami mencari tempat yang nyaman untuk bercengkrama sambil menatap pemandangan
yang indah di sekitar
bukit tersebut.
Setelah kami bergurau cukup lama, saya
memberanikan diri berlutut di
hadapan
Kerih untuk mengungkapkan isi hati saya kepadanya. Kerih pun tercengang dan
tersipu malu. “Kerih,
terimakasih karena engkau meng-ia-kan ajakan saya ketempat yang penuh cinta
ini, jujur kerih saya sangat menyukai mu. Bolehkan aku mencintaimu?” demikian ungkapan hati
saya pada Kerih. Kerih pun tersenyum dan mengijinkan saya untuk memeluknya.
(Baca juga: Ada Apa dengan Puisi II || Puisi Arnolda Elan)
Mulai saat itu saya dan Kerih ada
hubungan saling mencintai, berkomitmen dan saling percaya satu sama lain dalam
membangun bahtera cinta kedepannya.
Kami
berdua pun memutus untuk tinggal bersama di sebuah kos dekat dengan tempat kerjanya
Kerih. Setiap
hari kami selalu bergurau dan bercengkrama sambil minum kopi di depan teras kos yang
kami tempati itu.
Seiring berjalannya waktu, saya dan Kerih mulai bercekcokan tanpa sebab. Hingga pada akhirnya ia pergi dari kos dengan alasan pulang kampung. Dia pun menulis sepucuk surat untuk saya. "Nana, neka rabo deh. Ai bo du pu'ung ITE Hua mpiha dia bantang kudut kaeng sama. Ai lelo laku neteng Loho ITE toe rongko agu Inung tuak keri pande, Nana toe ked poli le Hitu i hubungan Dite ho, toe becur le kata i love you Dite kaeng kilo ho. Aku weleng gah Kole beo neng aku, manga ked waktu sumang tau Kole de spiha,” demikian isi surat dari Kerih untuk saya.
Laun
Minggu, laun Wulang saya sudah tidak mengingat sama
sekali tentang si Kerih. Saya hanya berdoa, Tuhan berikanlah jalan terbaik
untuk saya dalam menapaki kehidupan ini. Waktu pun berlalu, saya mendengar Kerih
ingin pergi merantau ke pulau Dewata dengan salah satu emak yang cerewet.
Kebetulan emak itu tetangga kampung ku. Benar, dugaan saya sebelumnya pasti ada
yg menghasutnya.
(Baca juga: Televisi Tua; Suara Minor dari Ujung Negeri || Puisi BD)
Sekitar jam 12 Malam saya buka Facebook, kebetulan saya melihat status
di Facebooknya Kerih, bahwa besok sore dia dan emak cerewet itu pergi ke pulau
Dewata. Pas sorenya tiba, saya langsung pergi ke Pelabuhan, kebetulan tidak
jauh dari kos saya. Sesampainya
disana saya melihat dia (Kerih) sedang duduk bersama dengan emak cerewet itu.
Saya pun menyamparinya dan langsung menariknya pulang.
Emak cerewet itu pun langsung menarik
baju saya sampai robek, dan terjadilah adu mulut saya dengan emak cerewet itu. "Rikuh tolong Rikuh ahi paksa he Kerih
Hitu neka pande rusak, eme apa Hau hia, so ghena le lime lehau Wina gau aku
koh...aehhhh...” demikian perkataan dari
emak cerewet itu. Yeahhh, karena si Kerih mati-matian untuk pergi merantau
bersama emak cerewet itu, saya pun membiarkannya dia pergi.
Post a Comment for "Cintaku Kandas di Dermaga || Cerpen Aldi Jemadut"