Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Aku; tentangmu di Separuh Waktu || Cerpen Dolin Ladon

(Sumber gambar: m.dream.co.id)


Hy... Sudah lama tak saling kabar. Aku berharap kita masih saling mengenal. Engkau lupa namaku tidak masalah  asal wajah ku masih engkau ingat. Wkwkwkw..... Namamu masih aku ingat jelas apa lagi parasmu yang elok itu, masih bersemayam sunyi dalam jiwa ini. Aku mengira senyum sudah bertunas karena sudah cukup lama aku tak memandangnya. Senyumanmu boleh saja bertunas, matamu bisa saja memandang yang lain, pikiranmu boleh berimajinasi, namun hatimu kuharap masih untukku. Sudahlah! Sekarang aku akan menceritakan sesuatu denganmu. Bisakah engkau mendengarkan aku bercerita? jika bersedia kamu barus mengatakan "Iya".

Dengarlah, karena kamu suda bersedia, tetapi ku ingatkan engkau  untuk wajib mendekap sajakku dengan mesra. Menggenggam erat kata-katanya dan melekatkanya di setiap nafas mu. Engkau menghirupnya namun jangan menghembusnya. 



 

(Baca juga: Hampa Dapur Ibu || Puisi Ani Taur)

 

Kisah yang aku ceritakan ini adalah aku, kata-kataku adalah separuh hidupku. aku ada di setiap sajak, bersembunyi di setiap nada/fon dan bersemai di antara morfem. Engkau akan tahu dan lebih tahu siapa aku? jika engkau meresapi  dan mencoba untuk membunyikan notasi ini dengan baik dan menghirupnya dengan nada yang seimbang.

  1 • 6 • 1+N. Cobalah bunyikan not ini. Aku tahu kamu sangat lincah membaca not angka. Namaku cukup panjang, engkau bisa membunyikannya satu kali dengan empat ketukan dalam satu birama, tetapi saat ini engkau cukup kenal nama panggilanku.

Itulah namaku. Bisa ku pastikan engkau mudah menyebutnya dan juga pasti engkau sudah mengenalku, namun jika sulit cukup panggil aku dengan nama belakangmu. Ini nomor HPku simpan saja di HPmu tapi jangan di hatimu.

 

(Baca juga: Engkau Goyang maka Aku Teriak - Nerapost)




Tenanglah, Dengarkanlah! Pernahkah engkau mendengar sebuah cerita tentang seorang laki-laki yang mengagumi sesosok wanita yang gagah perkasa, menggoda, dan menawan. Kisah ini nyaris terlupa karena pria itu tidak akan menyangka bahwa suatu saat wanita yang disebutnya perisai itu  menghilang dari nya. Tatkala temaram Malam bertabur kelam, angan pun harapannya tertiup badai. Samar-samar bayangan wanita itu selalu muncul ketika bintang datang menyapa malam dengan kata-kata bualan. Hati pria itu hampa namun pikirannya penuh dengan angan-angan, untuk memiliki gadis itu.

Karena keinginannya yang begitu besar pria itu pun lupa akan keberadaannya. Kata mereka dia berasal dari tepi kota itu. Katanya di pinggir kota itu berdiri  sebuah gubuk tua yang penuh dengan tumpukan koran bekas dan hampir rubuh. Di sudut gelap gubuk itu terdapat sebuah ranjang bobrok di mana di atasnya terbaring lelaki muda itu dengan pakaian putih yang terkoyak dan badan yang sekarat menatap cahaya redup dari lampu minyak bersumbu kapuk.

 

(Baca juga: Beata || Puisi Arnolda Elan)

 

 

Walaupun hanya ditemani secercah cahaya namun ia tidak berhenti menanti kehadiran sosok perisainya itu dengan penuh syukur. Pada roman muka yang pucat terlihat cahaya harapan dan tertata senyum sedih di bibirnya. Perjumpaannya dengan wanita itu sudah begitu lama, kurang lebih tiga tahun dia belajar mengenal kepribadian sang idamannya itu. Karena kekagumannya  setiap durasi waktu yang terus bergilir dan berotasi ia selalu berusaha mengungkapkan  perasaannya itu, namun selalu saja gagal hingga waktu membatasi pertemuan mereka

     Sungguh ia merasakan kegagalan. Kegagalan itu yang akan menghantarnya pada jalan yang sekarang ia nikmati. Kata mereka dia sudah pindah, bukan lagi tinggal sendirian di gubuk tua tepi kota itu. Kini dia sudah hidup dengan banyak orang yang mempunyai cita-cita yang satu dan sama.

 

Post a Comment for "Aku; tentangmu di Separuh Waktu || Cerpen Dolin Ladon"