Siapa yang Salah || Cerpen Aldi Jemadut
(Sumber gambar: www.wallpaperbetter.com)
Siang
terasa gelap, kicauan burung pun tak terdengar, entah kenapa hari itu. Terasa
lain, tak seperti sebelumnya. Aku pun duduk santai dibawah pohon beringin yang
nan rimbun. Kebetulan di bawah pohon beringin ada bale-bale, tempat nongkrong
para anak muda, bahkan tempat berpacaran anak kos sekitar. Setiap hari aku
selalu duduk di tempat tersebut sambil isap rokok sempurna. Bahkan anak kos
sekitar tidak nampak batang hidung, seperti pada sebelumnya selalu mondar
mandir. Dari situ aku merenung, apa yang terjadi hari ini. Bahkan awan yang
cerah, serentak munculkan mendung, seakan mau hujan. Hampir 30 menit aku duduk
di bale-bale, tidak seorang pun anak kos muncul untuk ngerumpi seperti
sebelumnya.
(Baca
juga: Perjuangan yang Dipaksa Mati || Cerpen BD)
“Dor,
dor, dor”, bunyi suara tembakan dari arah rumah dinas kepolisian yang kebetulan
tidak jauh dari tempat nongkrong tersebut. Aku berpikir mungkin ada polisi yang
sedang mencoba senapan angin. Hampir lebih dari lima kali letusan tembakan.
Persis perang antara Irak versus Israel. Aku pun berlari menuju kos temanku. Aku
berpikir mungkin setelah ini aku yang ditembak. Pokoknya pikiran ku tidak
terarah. Sampai di kos temanku, aku langsung cerita tentang apa yang sedang
terjadi. Tidak lama kemudian, muncul satu mobil bermerek “APV” dari arah lokasi
kejadian (rumah dinas kepolisian tersebut). Kami melihat ada lumuran darah,
pada pintu masuk belakangnya tepat dekat dengan lampu rem. Setelah itu kami
berpikir mungkin suara tembakan tadi, untuk menembak anjing rabies atau apa
begitu.
(Baca
juga: Pengakuan Mutual Menurut Paul Ricoeur - Nerapost)
Setelah
lima hari kemudian muncul berita yang beredar diberbagai media, baik cetak
maupun online. Judul beritanya sangat menarik, “Polisi Tembak Polisi”. Kami
sangat penasaran sekali dengan beritanya. Bahkan sangat heboh. Kami membaca
berita “Polisi Tembak Polisi” yang sudah terjadi pada lima hari yang lalu. Kami
pun kaget, kejadian “Polisi Tembak Polisi” terjadi di rumah dinas kepolisian
yang tidak jauh dari tempat nongkrong. Kemarin kami sempat berpikir, bahwa
letusan tembakan itu, adalah seorang polisi yang sedang mencoba senapan angin
atau sedang menembak anjing rabies atau anjing liar. Padahal bukan. Yang
terjadi “Polisi Tembak Polisi”.
“Bro,
sesama polisi aja mereka saling tembak menembak apalagi kita masyarakat kecil,
pasti lempar pakai bom”, canda temanku yang ada di sampingku. “Potongan tubuh
pun berserak bagaikan pasir laut”, canda temanku satu lagi. Aku pun merenung,
bila hal tersebut terjadi pada masyarakat kecil.
(Baca
juga: Pesan Ayah kepada Anak Wanitanya)
Korban
tembakan “Polisi Tembak Polisi” tersebut adalah Brigadir Markuleh, pelakunya
Brigadir Markonah. Kami tidak tahu apa motif dari kejadian tersebut. Apakah uji
coba senapan atau pistol? atau uji coba siapa yang paling hebat? Entahlah itu
urusan mereka.
Setelah beberapa hari kemudian muncul lagi berita baru, masih kejadian yang sama, “Polisi Tembak Polisi”. Kami pun penasaran, semoga berita kali ini ada alasan atau motif dari saling tembak tersebut. Menurut pengakuan dari Istri Brigadir Markonah, bahwa Brigadir Markuleh mengajak paksa dirinya untuk berhubungan suami istri. Berbagai alasan pun muncul dalam kejadian tersebut. Menurut pengakuan dari Brigadir Markonah, bahwa ia menembak Brigadir Markuleh karena berselingkuh dengan istrinya. Setelah mendalami kasus tersebut, yang menembak pertama Brigadir Markuleh adalah bawahan dari Brigadir Markonah, yaitu Brigadir klemeng.
(Baca
juga: Mery dan Seorang Frater Kekasihnya || Cerpen Christin De Simnia)
Sampai
pada saat ini, media massa baik elektronik maupun cetak, masih dipenuhi berita
tentang “Polisi Tembak Polisi”. Untuk sementara waktu pelaku dan istrinya juga
pelaku yang lain sudah ditahan oleh Polisi dan diminta keterangan juga para
saksi.
“Polisi
tembak polisi yang periksa polisi”, kata temanku yang sedang asyik game free
frayer di sampingku. Harapannya semoga kasus “Polisi Tembak Polisi” ini
segera selesai, gumaku. Entah pelakunya dihukum mati atau penjara seumur hidup
itu tergantung dari pembuktian, benar atau tidak pelakunya mereka.
(Baca
juga: Kisah Revo Hitam Menuju Bandara || Cerpen BD)
Hampir
sebagian orang kecewa dengan tindakan Brigadir Markonah, setidaknya ia harus
mendalami dulu persoalan perselingkuhan antara istrinya dengan Brigadir
Markuleh. Semuanya sudah terjadi. Begitu banyak pula yang berkomentar bahwa
pelaku harus ditembak mati. Yang lainnya lagi, copot saja Markonah itu, tidak
pantas jadi polisi. Sudah melanggar kode etik kepolisian. Pokoknya berbagai
komentar netizen merujuk pada Markonah. Moral tidak ada sama sekali.
Yeah begitulah komentar dari netizen terkait persoalan tersebut, apalagi sekarang semua orang pintar menilai terutama tentang baik buruknya tindakan seseorang. Sekarang yang pintar menilai bukan hanya yang berpangkat tinggi, melainkan yang tidak berpangkat juga mampu menilai.
Post a Comment for "Siapa yang Salah || Cerpen Aldi Jemadut"