Sperma Tumpah; Jalan Menuju Restu (Part 1)
(www.pinterest.com)
Yang paling asyik
adalah memiliki dia seutuhnya, tetapi itu bukan perkara yang gampang, apalagi
berhadapan dengan kenyataan yang hampir pasti aku tak layak untuk menjadi
pilihannya. Ini soal, siapa yang paling lincah bermain peran. Dunia sekarang
tak seperti dulu intinya ada hati yang tulus dan mulus. Itu sudah pasti
mencapai titik beradu janji di Altar Tuhan. Zaman sekarang yang tulus tak
berlaku lagi. Yang berada siap mendominasi panggung asmara. Tak berada, berarti
siap jomlo sampai Tuhan yang turun tangan.
(Baca juga: Perjuangan yang Dipaksa Mati || Cerpen BD)
Adelia Gadis Desa yang
sangat aduhai. Apalagi gelarnya yang masih belia menjadi incaran pemuda
kampung. Ia anak semata wayang dari Kepala Desa Tetangga. Dua bulan yang lalu
ia baru menyelesaikan studi kebidanan di salah kota di tanah Jawa. Parasnya
bukan tandingan lagi. Senyuman yang dibalut dengan lipstik membuat ia semakin
anggun. Setiap hari ia melintasi halaman rumah Anton. Wajar saja, Puskesmas tempat
ia bekerja tidak terlalu jauh dari rumah Anton. Setiap orang yang memandangnya,
pasti terpana. Betisnya yang selalu dibalut dengan stoking putih membuatnya
makin aduhai.
(Baca juga: Ketika Mantan Jadi Pastor || Cerpen BD)
Beberapa kali, lelaki
mendatangi rumahnya. Pura-pura dekat dengan orang tuanya tetapi selalu gagal
untuk memikat hati Adelia. Ia terlalu ideal untuk seorang pemuda yang
biasa-biasa saja. Sudah 3 tahun ia bekerja di Puskesmas tetapi ia belum
mendapatkan lelaki yang cocok baginya. Orang tuanya pernah menjodohkan ia
dengan anak dari teman ayahnya tetapi ia menolak dengan alasan mau berkarir
lebih dulu.
(Baca juga: Pacar Kontrak di Tempat KKN || Cerpen BD)
Entah apa yang terjadi,
pada suatu hari Adelia pergi mengikuti pertemuan Persatuan Bidan Sekabupaten
nya. Pada saat itu ia hendak berangkat ke kota. Pada saat yang sama, angkutan
desa tak ada yang jalan. Pada saat itu Anton masih duduk santai di halaman
rumahnya. Ia melihat Adelia berjalan mendekatinya. Anton yang dikenal lelaki
pengangguran yang setiap hari hanya urus mabuk. Anton masih duduk santai sambil
mendengar lagu dari HPnya. Sesekali Anton memandang motor Revo modif yang sudah
dicuci kemarin sore. Hatinya mulai berbunga-bunga. “Revo jalan menuju hati ibu
bidan,” gumamnya dalam hati.
(Baca juga: Setelah Sidang Skripsi, Sophie: “Frater, Tetap Langgeng dengan Panggilanmu ya!”
“Kaka Anton, bisa bantu
saya ko? Kita ke kota e. Saya ada pertemuan penting di sana,” kata Adelia.
Tanpa pikir panjang Anton langsung tancap gas dengan dua botol moke di joknya. Mereka melintasi jalan
yang cukup ekstrim. Sesekali Anton memandang ke kaca spion motornya. “Ini bibit
unggul,” cetusnya. Jalan yang berlubang membuat laju motor Anton sedikit pelan.
Tangan Adelia mulai melingkari perut Anton. Hati Anton mulai berkaca-kaca,
apakah ini mimpi.
(Baca juga: Bangkitnya Seorang Penyair || Cerpen Bung Donttel (BD)
Sesampai di kota, Adelia mengikuti pertemuan sedangkan Anton masih setia menunggu di parkiran. Udara pada sore itu sedikit panas, tanda-tanda sebentar lagi akan turun hujan. Anton mulai gelisah, kalau hujan berarti tidak bisa pulang. Jalan akan menjadi licin dan juga harus melewati kali yang hampir pasti akan banjir. Hampir jam 5 Sore, pertemuan Adelia belum juga selesai. Sedangkan hujan sudah mulai turun dengan lebat. Ia tetap menunggu Adelia sambil menghabiskan beberapa bungkus rokok Surya. Adelia keluar dari ruangan pertemuan tetap pukul 7 Malam. Anton mulai bercanda “Ibu, ini hujan bagaimana sudah? Adelia langsung berkata “Kaka kita nginap di sini saja. Ada kos teman di sekitar sini.”
Post a Comment for "Sperma Tumpah; Jalan Menuju Restu (Part 1)"