Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Surat Perpisahan dari Eks Frater || Cerpen Nonik Jelaha

(Sumber gambar: www.slidegossip.com)


Masih segar dalam ingatanku tentang peristiwa yang terjadi empat tahun lalu. Aku pernah jatuh cinta. Aku menganggap rasa cinta itu muncul dari rahim terdalam jiwaku. Aku merasa nyaman sekali dengan dia, selama bertahun-tahun kami berdua menjalin hubungan sebagai kekasih. Tak ada satu pun ramalan yang bisa memberikan gambaran tentang apa yang akan terjadi. Dan tidak pernah ada dalam dugaanku  bahwa ada saatnya cinta itu menjadi luka. Dia pergi dengan meninggalkan sepucuk surat. Mungkin itulah misteri cinta. Selama berpacaran dengan dia, hidupku dipenuhi sejuta kenangan indah.

Hari demi hari, aku bagaikan pelangi yang salah lahir. Sebab, aku tak bosan memberi senyuman kepada dunia. Aku senang sekali dengan dia. Apalagi dia orangnya baik, ramah, pandai, dan bijaksana. Bagiku dia bukan pria biasa. Dia seorang frater, tapi sekarang dia sudah menjadi eks.

 Empat tahun telah berlalu, aku berubah total mulai dari kisah hidupku sampai kisah cintaku. Kedengarannya lucu tapi ya begitulah dunia percintaan, terkadang kita harus menjadi gila dan bodoh untuk mendapatkan kelayakan dalam hidup. Entahlah, Aku seorang mahasiswi semester akhir. Sebagai mahasiswi skripsi, aku memfokuskan diri pada skripsi.  Sambil menunggu temanku yang mau datang ke kos untuk mengerjakan skripsi, aku berinisiatif untuk merapikan kamar kosku, supaya tidak dibilang pemalas, tapi memang aslinya pemalas.

 

(Baca jugaPesan Ayah kepada Anak Wanitanya)

 

 Aku memulai merapikan mulai dari kain seprei sampai rak buku. Ada pun tumpukan buku lamaku yang masih simpan dari 4 tahun yang lalu termasuk diaryaku yang setiap lembar ditulis dengan kata-kata lebay yang pernah ada sesuai jamannya. Aku membukanya, ada kisah lucu  dan ada juga kisah sedih yang telah abadi dalam sejarah hidupku. Di lembar terakhir aku menemukan surat perpisahan dari eks frater (mantan frater), aku membacanya seakan-akan kata-katanya menyentuh hati sekali kalau dibaca pada jaman itu, tapi kalau dibaca pada jaman sekarang pastinya terlihat lebay saja. Aku membuka dan membacanya secara perlahan sambil membayangkan waktu itu aku menerima surat perpisahan ini dengan sedih, bahkan air mata tercecer di belahan pipiku. Tapi dengan penuh keberanian aku menerima kenyataan itu dan berusaha untuk melenyapkan rasa di hati.  Ahhhh sudahlah, tidak penting untuk mengingat masa lalu. Bukankah masa lalu itu luka? Lalu, aku membacanya dengan teliti dan surat itu bertuliskan seperti ini;


(Baca juga: Wajib Kamu Tahu! Lima Keunggulan Suami Eksfrater)

 

Enu,

Melalui surat ini saya ingin memberi tahu beberapa hal penting untuk ite.

Tabe,

Sebaik-baiknya laki-laki tidak akan menjadi jodohmu jika engkau tidak setia dan bukan takdirmu.

Dulu kita hidup penuh dengan bahagia tanpa ada masalah.

Saling percaya satu sama lain, kita menjalin hubungan begitu kuat, bahkan kesetiaan sudah kita jalani bersama. Ada banyak kenangan terindah yang pernah kita alami. Suka dan duka kita lewati bersama. Kini semuanya itu sudah berlalu bagai mimpi hanya tinggal nama dan kenangan yang ada dalam relung hati ini.

Jarak di antara kita seperti langit dan bumi yang tak bisa digapai oleh tangan manusia. Kini aku hanya melihatmu melangkah lebih jauh, berjalan di dalam batinmu tuk menemukan dirimu.  Aku pun hanya bisa menunggumu jika engkau datang sebagai malaikat. jika suatu saat aku tak seperti apa yang kau pikirkan ingatlah akan daku bahwa dulu kita pernah bersama. Karena suatu saat kau akan menjadi orang seperti yang kau impikan dalam hidupmu.

Di akhir kata saya mau mengucapkan kata perpisahan buat kamu yang telah mencintaiku dengan setulus hatimu, terima kasih telah mencintaiku, telah mengubah hidupku, raihlah cita-citamu setinggi langit. Aku menunggu kabar darimu. Maaf bila kita tidak bisa bersama lagi tuk meraih mimpi yang telah kita buat. Aku jujur dengan kamu, enu, kamu itu terlalu baik, semoga enu mendapatkan laki-laki yang baik dan semoga enu menemukan sosok pribadi yang bijak, dewasa dan selalu setia menemani enu di setiap saat.

(Baca juga: Tuhan Mati bagi Pemabuk || Cerpen BD)




Kira-kira begitulah isi suratnya. Setelah membaca surat itu, aku merasakan ada sesuatu yang belum mampu kuterima dan kurelakan. Bayangkan saja, hampir beberapa tahun kami berdua menjalin hubungan mesra. Kami telah menyisipkan harapan agar bersatu seumur hidup. Bahkan ada janji yang melibatkan Tuhan untuk menjadi saksinya. Semuanya itu sia-sia saja. Sekarang luka begitu dalam bagiku. Aku sungguh tak mengerti mengapa takdir mempermainkan cintaku, sehingga aku tak bisa memahami maksud dari semua kisah cintaku. Lama aku duduk di sudut tempat tidurku, aku tak mampu menahan air mata, aku menangis dalam diam.

 Aku mengingatnya, aku ingat sekali senyum, tawa dan candanya yang sering merayuku tuk menggenggam tangan dan mencium keningnya. Tapi sekarang aku hanya air mata yang jatuh dari rasa sesalku paling dalam. Dan aku berpikir bahwa dulu aku baik dan setia. Tapi, mengapa dia memilih pergi dari hidupku.


(Baca juga: Ibu Muda Demam Bento - Nerapost)


“Ah sudahlah,” pintaku dalam hati. Aku perempuan hebat. Aku harus menguburkan rasa sesalku ini dalam peti waktu itu.  Biarkan waktu yang menyimpan kenangan buruk itu. Aku ingin hidup bahagia saat ini. Saat ini aku harus menutupi kisah lamaku. Aku ingin memulai hidup baru, dengan wajah baru dan cara yang baru.

Gara-gara baca ini surat saya jadi lupa bahwa tujuanku tadi ingin merapikan kamar kosku. Lalu, aku melanjutkan pembersihan kamar kosku  sampai selesai.  Tak lama kemudian, notifikasi sms masuk di HP-ku. Dan pesan itu berisi  “Anda belum melunasi paket darurat.” Aku tersenyum tipis sambil memukul jidatku, sial padahal Telkomsel. Dengan rasa kecewa campur bahagia karena saking lucunya mengharapkan ada pria baik yang chat. Tapi, ternyata Telkomsel. Biarlah, setidaknya masih ada yang mengingatkan aku walau dalam hal hutang. Tidak lama kemudian, temanku tiba di kos dan kami melanjutkan pekerjaan pokok kami.


Dokpri Nonik Jelaha

Post a Comment for "Surat Perpisahan dari Eks Frater || Cerpen Nonik Jelaha"