Antara Cinta dan Benci || Puisi Sr. Patri Firtika, SSpS
(Sumber gambar: cantik.tempo.co)
Tentangmu sang waktu, aku
masih menunggu di persimpangan ini.
Memeluk raga dalam jiwa
pengembara,
menggapai peraduan di
musim semi.
Aku tak mau menjawab
sekalipun waktu memaksa ku untuk menjawab.
Sajak ini terkesan
memaksa kala asing tuk diajak kompromi.
Ya, begitulah waktu
berputar sesuai dengan irama.
Aku terus berlangkah
berpijak pada posisi yang sama berpetualang tuk mencapai tujuan,
meski terkadang memendam sejuta kerinduan.
(Baca juga: Gagal Cita-cita Punya Pacar Pemain Sepak Bola || Cerpen Adriani Miming)
Setelah semuanya
direnggut pergi oleh rasa ego.
Lantaran mengapa waktu
ini hanya mengisahkan rasa sakit.
Aku mengagumi sifat mu
yang realistis yang terkadang menyimpan banyak rasa yang tak terungkap.
Saat ini aku memilih
untuk menjauh kendatipun waktu tak memaksa ku untuk mengaduh.
Perasaan memang tak
sejalan dengan keinginan meski terkadang hanya bernalar pada pola pikir,
berimajinasi dalam
ketidakpastian.
Mencoba mengubah segala
sesuatu dengan rasa cinta yang tak bertuan.
Memelukmu dalam rasa
yang hampa pada raga yang haus akan kenyamanan.
Aku iri dengan mentari
yang selalu memberi keteduhan
Dengan rembulan yang
bersinar
Dengan bintang yang
gemerlap
Dan embun yang memberi
kesejukan
Keenggananmu untuk
berbagi kasih telah meyakinkanku,
bahwa kehadiranmu hanya
sebatas pelampiasan belaka yang datang dan pergi sesuka hati.
(Baca juga: Janji yang Tak Berujung || Cerpen Safry Dosom)
Mengenalmu bukanlah sebuah
kebetulan dan mengingkarimu bukanlah sebuah alasan.
Semuanya cukup jelas.
Ada luka yang tersemat di balik senja yang perlahan pamit.
Ada tangis di balik gemuruh lautan yang
seakan menghempas sejuta mimpi .
Kisah hari ini belum berakhir
di penghujung hari.
Belum sirna di
penghujung waktu.
Belum hilang diterpa
desiran ombak,
Belum usai dalam rasa
sakit yang menikam kalbu.
Aku tersipu malu pada
waktu.
Berbisik lirih dalam
kesendirian memanjakan tatapan dengan penuh kerinduan,
menitipkan sepenggal
cinta pada cakrawala bahwa raga ini terpikat oleh rasa yang mengagumkan.
Perlahan lahan aku
terbuai oleh senja yang menghangatkan. .
Senja akan berlalu dan rasa
sakit perlahan menjauh.
Semuanya dibawa pergi oleh waktu dan menghilang ditelan samudera.
Post a Comment for "Antara Cinta dan Benci || Puisi Sr. Patri Firtika, SSpS"