Rintihan Jiwa yang Rapuh
(Sumber gambar: regional.kompas.com)
Dari
dalam abu, suara kami terbungkam,
Hilang
dalam gemuruh yang tak terperi,
Lewotobi,
kau lah api yang membakar harapan,
Menelan jiwa-jiwa yang rapuh dalam kebisuanmu.
Kami,
yang dulu berdiri di kaki gunung,
Kini
tenggelam dalam gelap yang pekat,
Panasmu
datang seperti hujan neraka,
Menembus
bumi, merampas segalanya yang kami cintai.
Tanah
yang subur kini jadi lautan hitam,
Ladang
yang kami tanam, rumah yang kami bangun,
Semua
jadi debu, hilang dalam sekejap.
Ke
mana langkah yang dulu menjejak?
Ke
mana mimpi yang kami rajut dalam kesabaran?
Angin
membawa teriakan kami,
Namun
tak ada yang mendengar,
Hanya
suara dentuman, deru yang mencekam,
Menyapu
segala yang ada di hadapan.
Bersama
abu, kami terdiam,
Rintihan
ini tak sampai ke telinga dunia,
Kami
adalah serpihan kisah yang terlupakan,
Dari
letusan yang tak pernah tanya.
Lewotobi,
apakah kami hanya debu di matamu?
Apakah
ini akhir yang kau tak pedulikan?
Di
balik sisa-sisa kehancuran,
Kami
hanya ingin satu:
Sebuah
peluang untuk bangkit,
Walau
jiwa kami hampir lenyap oleh amarahmu,
Lewotobi, harapan tetap ada di hati yang tak mati.
Oleh: Admin (Rintihan jiwa-jiwa korban letusan Gunung Lewotobi, Flores-NTT)
Post a Comment for "Rintihan Jiwa yang Rapuh "