Cinta Enu Rathna || Cerpen Aldi Jemadut
Pagi
itu entah mengapa hatiku memaksa untuk membuka facebook. Awalnya aku
hanya sekedar melihat story atau pesan masuk. Tanpa sengaja menemukan satu akun
baru pada beranda facebook-ku. “Rathna Lempa” alamat akun itu. Rasa
ingin tahuku sangat mendalam, hingga mencari tahu tentang akun baru itu. Rupanya
tak satu pun foto cowok pada akun tersebut. Waktu itu tanggal 15 Mei dia baru
mengonfirmasi pertemanan dari akunku. Mungkin dia “Rathna Lempa” tergolong cewek
yang lugu, pendiam, dan tidak begitu suka dengan bermain facebook. Yeahh, entahlah. Waktu menuju pukul pukul 19.15 WIB, aku mulai
mencoba inbox pada akunnya. Dari situ kami berkenalan, saling ngerumpi yang
walaupun lewat media sosial, hingga minta nomor WhatsAppnya.
Aku
mulai bertanya yang walaupun lewat chatingan media sosial “facebook”.
“Enu dari Lempa ka?” tanyaku singkat, “Ehehehe, kk Lempa itu di mana?” balasnya
singkat pula. Aku diam dan bertanya dalam hati “ Kok enu ini tidak tahu kampung
sendiri”. Entahlah. Mungkin dia hilang ingatan atau pikun. Atau jangan-jangan
Lempa itu nama fam mereka? “Matiiii eee salah pintu masuk nii,” gumamku.
Beberapa menit kemudian, dia mengirim pesan “Kak Lempa itu nama Fam bukan nama
kampung.”
(Baca
juga: Sperma Tumpah; Jalan Menuju Restu (Part 1)
Chatingan
kali berikutnya aku
mencoba meminta nomor WhatsAppnya lewat akun facebook. Dia langsung
membalas chatinganku dan memberi nomor whatsaap-nya, 0812382xxxx.
Kabar kali berikutnya lewat WhatsApp. “Malam enu, save emmm Markonah,”
pesanku singkat. “Malam juga kak, ok kak saya save emmm,” balasnya. Kami mulai
chat panjang lebar yang di akhiri emot
love. By the way, kakak kuliah di
mana?” chatingan singkat darinya.
“Maaf enu saya tidak kuliah” jawabku singkat. “Kalau begitu ge, sekarang
kakak posisinya di mana?” tanyanya lagi dengan suara yang merdu lewat pesan
suara WhatsApp. “Saya posisi di
Ruteng enu” balasku.
Waktu
sudah pukul 22.15 WIB, handphoneku bergetar, itu tandanya ada pesan
masuk di WhatsApp. Aku menggurah handphoneku
dari meja belajar, langsung membuka pesan WhatsApp
yang baru masuk. “Malam kakak, kakak belum tidur? kak, sebenarnya kakak kuliah
di mana? Saya tidak yakin kalau kakak tidak kuliah, ehehehhe,” Pesan masuk dari
enu Rathna. Selalu pada akhir chatingan-nya ada emot love. “Enu saya
kuliah di hatimu.” Balasku singkat seakan mencoba untuk gombal-gombalan
padanya. Dia pun membalasnya lagi, neka
rabo ge kuliah di hatimu.
Malam
sudah begitu larut, tepat pukul 23.12 aku pun pamit dengan enu Rathna lewat pesan
WhatsApp. Sekian cerita kami malam ini, dan kami pun hendak beristirahat,
aku tidak tahu apakah dia disana sudah istirahat atau belum? Yeah, entahlah.
Mungkin dia di sana masih mencari tahu tentangku. Apalagi dewasa ini, mencari
tahu tentang hal yang baru sangat kental. Atau mungkin sebelum tidur dia menonton
film Korea di youtube. Yeahhh, hanya
dia yang tahu. Apalagi aku baru kenal dengannya.
(Baca juga: Ketika Mantan Jadi Pastor || Cerpen BD)
Waktu
itu, tanggal 20 Mei aku hendak membuka WhatsApp siapa tahu ada pesan
baru dari enu Rathna. Eh dugaan ku tepat sekali, “Eheeheehh tumben kali ini
benar ya,” gumamku dalam hati. “Selamat siang kak, sudah makan ka?” sapaan awal
pada pesan WhatsApp yang masuk dari enu Rathna. Aku orang yang cepat
respon bila ada pesan whatsApp masuk
pada handphone-ku, entah itu siapa saja. “Siang juga enu, belum enu, it
ge?” balasku singkat. “Sudah kak, saya sudah makan,” balasnya lagi. “Oh begitu
ka enu?, enu sebentar baru lanjut chatnya,
soalnya aku ada kerja tugas, ehhehehe” balasku lewat pesan suara WhatsApp. Setelah itu, aku lanjut
mengerjakan tugas dari kampus. Maklum sebagai mahasiswa pasti begitu banyak
tugas yang harus di selesaikan.
Kali
ini aku mencoba duluan untuk kabarnya. “Malam enu buat apa ge?, sudah makan
ka?”, tanyaku lewat pesan whatsaap. “Pesan dilihat”, itu tandanya enu
Rathna sudah membaca pesanku. Mungkin dia sedang kerja tugas atau ada sibuk
lainnya, sehingga dia pun lambat membalas pesanku. Selang beberapa menit
kemudian, enu Rathna baru membalas pesanku, “malam juga kakak, saya tidak ada
buat kk, ia kk saya sudah makan”. Aku orangnya suka ingin tahu tentang seseorang
apalagi orang yang baru. “Enu, boleh saya Tanya ka? Tanya ku singkat yang
kesekian kalinya. “Boleh kakak, kakak Tanya apa? Jawabnya singkat. Aku mengungkapkan
perasaanku kepadanya yang walaupun lewat
chatingan WhatsApp. “Enu sudah
ada cowok ka?” tanya ku singkat.
Dia
pun langsung melihat pesanku dan langsung membalasnya juga, “Oh, belum kakak,
emangnya kenapa ya kak, kok kakak bertanya seperti itu.” “Tidak enu cuma nanya
doang,” jawabku kali ini dengan hati penuh gemetar. Aku pun kembali bertanya, “Betulkah
enu belum ada cowok.” Dia juga langsung membalas lewat pesan suara, mungkin
kali ini dia malas membalas chat pakai ketik, yeahh, itu urusannya. “Ia kakak saya
belum ada cowok, saya tidak repot dengan berpacaran kak, soalnya saya masih
mengejar cita-cita”. Biasanya para cewek kalau ditanya oleh laki-laki, kadang
mereka jawab dengan gombal.. Pada hal dalam hatinya senang karena ada cowok
yang berperasaan dengannya. Setelah aku mendengar pesan suara darinya, aku diam,
tidak membalas pesannya. Yahhh, dia harus butuh penenang dalam hal bercinta. Busettt.
Lama-lama beri obat antimo alias anti mabuk.
(Baca
juga: Berkali-kali Ditolak Frater, Sophie: Lebih Baik Menabrak Matahari dan Memeluk Dingin!
Kota
Maumere begitu panas, aku membuka semua jendela pada kamarku. Agar udara segar
masuk mengubah segala pikiranku yang penat. Aku memberes kembali buku-buku yang
berserakan diatas meja belajarku. Setelah itu aku membuka WhatsApp siapa
tahu enu Rathna ada kabar. Tebakan ku gagal. Enu Rathna tidak ada kabar sama
sekali.
Beberapa menit kemudian enu Rathna meminta untuk video call. Di situlah hatiku terombang ambing seakan perahu yang berjalan di tengah laut, dibawa oleh derunya ombak. Aku diam. Padahal enu Rathna, menyuruhku untuk mengungkapkan perasaan cinta padanya lewat video call. Ternyata enu Rathna sangat mental sekali. Apakah dia mental hanya di medsos? Yeahh, entahlah. Dalam pikiranku, mulai bertanya, “Ini persyaratan atau apa kali ya, kok seperti persyaratan urus SIM (Surat Ijin Mencinta).”
Post a Comment for "Cinta Enu Rathna || Cerpen Aldi Jemadut"