Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Resti dan Narasi-narasi yang Gagal || Cerpen BD

Resti dan Narasi-narasi yang Gagal || Cerpen BD

(Sumber gambar: mediakasasi.com)

Sudah enam bulan kisah itu telah selesai. Tak ada yang tersisa selain kenangan yang masih menumpuk di pikiran. Resti pergi dengan diam bersama lelaki pilihan orang tuanya yang katanya sama-sama berada. Kisah itu yang dulunya paling romantis sekarang harus sama-sama menyimpan dendam. Memang cukup diakui Resti pandai dan suka membangun narasi yang meyakinkan. Ia suka mengumbar janji bahwa kesetiaan adalah harga mati bagi hidupnya. Seiring perjalanan waktu Resti harus menguburkan semuanya, ia harus memilih lelaki pilihan orang tuanya.

(Baca juga: Pesona Bukit Wolobobo, Cocok Healing Bareng Ayang Maupun Mantan - Nerapost)

Anehnya ia juga sangat menyukai lelaki itu. Lalu bagaimana dengan Fino, kekasihnya yang lebih dulu membangun rasa di dalam hatinya. Fino lelaki yang baru saja menyelesaikan Studi S2 Pedagogi di Kota Semarang. Ia berjuang menyelesaikan tesisinya tepat waktu karena ingin membangun rumah tangga bersama Resti. Penelitiannya tentang rendahnya mutu pendidikan di NTT dibuat secepat mungkin dan merangkum ide-ide itu menjadi karya yang luar biasa. Fino meraih lulusan terbaik di kampus itu dengan IPK yang sangat memuaskan. Itu semua bukan jaminan bagi Resti. Gelar tak berarti baginya. Ia lebih memilih lelaki yang mapan dan kaya raya. Ia tak sanggup membangun sesuatu dari nol. Wajar saja, ia anak yang manja yang tahu makan dan tidur.




(Baca juga: Pesan Ibu dari Seberang Pada Anak Gadisnya || Puisi BD)

 

Fino mulai mencoba melupakan Resti dengan berbagai cara. Ia sering kali melakukan healing di puncak bersama teman-temannya. Tetapi tetap saja, kenangan tentang Resti tidak akan hilang. Memang benar yang ditulis oleh Adrian “Melupakan adalah cara yang paling halus mengingatkan. Kita mencoba melupakan kenangan itu, tetapi serentak juga kita mengingatkan itu.” Fino benar-benar tak berdaya dengan sikap dan sifat manis yang Resti lakukan dulu pas mereka masih pacaran. Canda dan tawa yang Resti lakukan selalu menghantui pikiran Fino.

Bagi Fino kemacetan yang paling sadis bukan kemacetan di jalan tol di kota-kota besar melainkan kemacetan di kepala. Ribuan pikiran yang masuk dan menumpuk memenuhi isi kepala. Itu benar-benar lelah. Apalagi perkara Resti harus dibarengi dengan persoalan di kampus tempat Fino mengajar. Banyak mahasiswa yang mengkritiknya karena metode mengajar yang tidak kekinian serta pemberian tugas yang terlalu banyak kepada mahasiswa. Fino bingung dengan persoalan itu, isi kepalanya terus memberontak mencari jalur alternatif.

Perkara hidupnya terus berlanjut, entah sampai kapan. Resti mulai mati di pikirannya. Ia sudah tak peduli lagi dengan postingan Resti di FB. Ia cuek-cuek saja. Ia tahu, cuek adalah seni meyakinkan diri sendiri. Ia melihat Resti dengan lelaki itu memenuhi halaman beranda FBnya. Fino mulai teringat kembali perkataan Resti dulu “Ternyata mantan lebih asyik.” Fino mulai memberanikan diri untuk mencari tahu tentang lelaki itu.




(Baca juga: Optimalisasi Peran Kaum Muda dalam Digital Talent Guna Menanggulangi Resesi Ekonomi Indonesia)


Fino terus berjuang, siapa sebenarnya lelaki itu. Ia mencoba mencari salah satu foto Resti dan di sana ia menemukan akun lelaki itu. Fino kaget, ternyata lelaki itu adalah mantannya. “Sial, selama ini ia masih berpacaran denganku, tetapi ia dekat juga dengan mantannya” gumam Fino dengan perasaan yang tidak menyangka. Fino mulai memberanikan diri untuk bertanya kepada Resti. Ia mengirim pesan kepada Resti. Tanpa beban Resti menjawab “Kami balikan.” Fino hanya diam setelah membaca pesan itu. Resti benar-benar gadis gila. Ia benar-benar nekat.

(Baca juga: Menjelang Keberangkatan || Kumpulan Puisi Melki Deni)

 Dengan sikap dewasa Fino menerima itu dengan santai. Resti membangun narasi ideal yang gagal tentang dirinya. Ia nekat berpacaran dengan dua lelaki sekaligus. Ini butuh skill dan profesionalisme yang sadis. Resti pergi ke kota Metropolitan hanya mau bertemu dengan lelaki itu. Payah dan sengit, gadis semanis Resti ternyata memiliki hati yang bejat. Saat di sini ia membangun relasi dengan Fino, tetapi saat di Jawa sana, ia kembali balikan dengan mantan. Resti mulai membangun narasi “Maaf kak, saya sudah bangun-tidur dengan dia di sini. Mending kakak bangun, tidur dan pergi kampus.”

Post a Comment for "Resti dan Narasi-narasi yang Gagal || Cerpen BD"