Skripsi dan Gadis yang Gagal Menunggu || Cerpen BD
(Sumber gambar: quora.com)
Pada Senin, 10 April
2023, saat hujan masih mengatur genangan pada kenangan. Di atas bantal yang
bersarungkan Barcelona, aku meletakkan kepala. Sesekali mengacu pandang pada
jendela yang mulai berembun. Hujan sore itu, benar-benar menghimpit isi kepala
yang masih sibuk memikirkan dia yang berada jauh di sana. Dari bawah kolong tempat tidur, lagu Hendrio “Momang
Tuung laku” terus menjerat hati. Perempuan itu menciptakan kenangan
berkali-kali, sejak tiga kali pulang berlibur ke Tanah Manggarai.
Seorang sahabat yang
baru saja pulang asistensi paskah berteriak dari lorong. Lorong yang penuh
sepi, tak ada siapa-siapa hanya galon kosong yang berada dekat lemari tua. Ia
terus berteriak “Salam damai paskah.” Lelaki itu pulang dengan tunduk,
salamnya tak tersampaikan pada siapa-siapa. Aku langsung bangun, setelah belum
puas menarik kenangan, menyapanya dengan santun “Damai juga kawan.” Lelaki itu menoleh sambil berkata “Oh,
ternyata hanya engkau di sini.” Sore yang begitu sepi, lagu-lagu Manggarai
dari kamar terus menghantar pikiran pada gadis itu.
(Baca juga: Pohon Lontar Tumbuh di Atas Kepala || Cerpen BD)
Gadis itu, masih kuliah
di Kampus ternama di Kota Ruteng. Wajahnya tak biasa, ia bisa dikatakan beda
dari yang lain. Wajar saja, ia keturunan Gowa-Makassar. Berkali-kali aku
menulis tentang gadis itu, berkali-kali juga pikiranku tersesat dibuatnya. Ia
penuh misteri, mengenalnya itu sulit perlu membongkar dengan rumusan-rumusan
yang rumit. Berbagi cerita dengannya juga cukup rumit, ia tak suka bercanda
yang berlebihan.
Ia pernah gagal dalam
dunia cinta, karena terlalu bercanda hingga akhirnya semuanya bercanda. Tak ada
kejelasan yang pasti dari seorang lelaki yang berasal dari Manggarai Timur. Ia
sudah trauma dengan sandiwara dalam dunia cinta. Ia lebih suka lelaki yang
berani masuk dan bercerita pada orang tuanya. Bukan lelaki yang hanya berani
lewat media sosial.
(Baca juga: Marla dan Kota Metropolitan || Cerpen BD)
Tiba-tiba HP-ku
menyala, pesan masuk melalui WA “Kak,
bagaimana skripsinya?” Setelah membaca pesan tersebut, aku langsung
menyalakan Laptop dan melanjutkan pengerjaan skripsiku. Pesan gadis itu
memantik semangatku untuk terus menyelesaikan skripsi tepat waktu. Gadis itu
bukan hanya pandai menciptakan kenangan tetapi ia juga lihai membakar
semangatku untuk terus berjuang.
Pesan ke dua dari gadis
itu “Kak, ingat kita sudah janji, setelah
skripsi kita akan urus adat.” Aku langsung menarik nafas dalam-dalam.
Intensiku cukup jelas malam itu, menyelesaikan skripsi yang masih tunggak pada
bab terakhir. Gadis itu benar-benar memanaskan suasana. Lagu Manggarai terus
menarik pikiranku untuk menuntaskan pesan dari gadis itu.
(Baca juga: Perjuangan yang Dipaksa Mati || Cerpen BD)
Anehnya, pada pukul
22:00, gadis itu mengirim pesan yang ketiga kalinya. “Kak, kalau tidak ada kejelasan yang pasti mending aku pilih lelaki
lain saja.” Aku tak membalasnya, karena aku tahu meladeni banyak waktu
dengannya akan menciptakan perkara yang panjang. Aku terus menyelesaikan
skripsiku tanpa peduli dengan gadis itu. Aku tahu, kalau memang ia mencintaiku
pasti ia akan menunggu sampai aku selesai. Perempuan memang begitu, tak mampu
menunggu dalam waktu yang lama, suka menuntut dan mengambil kesimpulan sendiri.
Sebelum
aku meletakkan kepalaku pada bantal yang bersarungkan Barcelona, aku mengirim
pesan padanya “Enu, aku mengerti kecemasanmu,
tidakkah engkau mampu menungguku dua bulan lagi?” Ia hanya membaca pesanku,
dua minggu kemudian ia sudah ada dengan yang lain. Ini sial, kenangan indah
harus hancur karena ia tak mampu menunggu. “Enu
menunggu dosen untuk revisi itu jauh lebih rumit dari pada kamu yang menungguku.
Salam waras enu,” pesan terakhirku kepadanya.
Post a Comment for "Skripsi dan Gadis yang Gagal Menunggu || Cerpen BD"