Pancacinta dan Rindu Ibu || Kumpulan Puisi Melki Deni
Pancacinta
Pada 29 Mei tahun itu pacarku yang jelita memintaku membacakan Pancasila
menurut Soekarno. Aku mendaraskan secara lantang Pancasila yang kuhafal sejak
SD. Ia bilang aku seperti orang Indonesia pada umumnya suka menyalin dan
menghafal karya orang lain daripada berpikir sendiri, berkreasi, dan belajar
mengarang. Katanya, dasar dari Pancasila adalah cinta, bukan agama, bukan
politik, bukan ekonomi, bukan kebudayaan, bukan pendidikan, bukan kesehatan.
Semuanya itu adalah bagian kecil dari totalitas cinta,
katanya sambil selfi. Di bawah
pohon itu ia membaca Pancacinta:
1.
Mencintai
Tuhan tanpa menjadikan agama sebagai Tuhan.
2.
Mencintai
manusia tanpa jeda, dan tanpa tanda tanya.
3.
Mencintai
persatuan tanpa mengkhianati kebinekaan.
4.
Mencintai
rakyat sebagai hikmat kebijaksanaan seorang pemimpin tanpa mementahkan
permusyawaratan dan perwakilan.
5.
Mencintai
keadaan sosial tanpa membungkam kebebasan, menggusur kesetaraan, dan
kongkalikong dengan kebenaran.
Pancasila adalah Pancacinta Soekarno yang ditulisnya dengan darah manusia
Indonesia. Darahnya berbisik kepada Soekarno bahwa untuk bisa merdeka, manusia
Indonesia mesti menegakkan bendera cinta: Merah-Putih. Setelah mendengar
pacarku, aku ingin belajar mencintainya tanpa jeda, dan tanda tanya.
(Baca juga: Menguburkan Mantan dalam Isi Kepala || Cerpen BD)
Pada Sisa Hidup ini Saya ingin
Pada akhir April 2023 lalu di sekolah bahasa
Spanyol itu,
Saya lupa berkata kepadamu, Lauratht yang baik:
Saya teringat saat saya melihatmu pertama kali. Saya menduga kamu adalah
gadis yang cuek. Mohon maaf ya. Tetapi kemudian saya tahu kamu adalah gadis
yang suka bergaul dengan orang asing, cerdas, dan mandiri. Kamu
telah berhasil mencuri mata, dan mengerjakan hati ini.
Kamu tahu, untuk bisa menggapaimu, saya harus bertarung melawan Tuhan, berkonspirasi dengan alam semesta,
membelah samudra, menaklukkan waktu, dan melipat jarak?
Kamu adalah rahim bening yang membuat saya selalu ingin kembali, di mana
aku terlahir kembali secara baru, dan memulai semuanya dari awal.
Tetapi saya juga bahwa kita hanyalah dua orang asing yang kebetulan sedang
mencari makna-makna kehidupan di Spanyol ini. Begitulah
cara kerja perasaan kita yang suka mempermainkan kita, bukan?
Apakah kamu percaya cinta dapat menaklukkan Tuhan,
menundukkan alam semesta,
membelah samudra, menghentikan waktu, dan memepetkan jarak? Meskipun cinta dapat
melakukan itu, namun tidak dengan kita sebab kita tidak pernah memiliki cinta
kecuali Bahasa Cinta. Pertemuan dan obrolan adalah Bahasa Cinta.
Bukankah kenangan selalu setia menunggu kita menjemputnya sampai ke masa
depan? Setelah belajar bersama bahasa Spanyol saya bisa
menerjemahkan lirik lagu terbaru Carla Morrison ke dalam bahasa Indonesia: Que
la vida no era siempre tan gris–Bahwa hidup tak selamanya begitu kalbu.
Pada sisa hidup ini, saya ingin menulis sebuah buku: mengubah getir menjadi
cinta, kesepian
menjadi menjadi kerinduan, dan kehilangan
menjadi pertemuan.
Semua kisah
cinta selalu berbeda, tetapi pertemuan mengaburkan kalbu.
(Baca juga: Menjelang Keberangkatan || Kumpulan Puisi Melki Deni)
Rindu ibu
di balik rindu kita yang timbul-tenggelam
ada sonata rindu ibu yang abadi-dalam,
di mana waktu tidak mengkhianati jarak,
jarak tidak mengkhawatirkan kesepian,
kesepian
menjelma kenangan,
(Baca
juga: Tanya Suhartini Pada Suherman || Puisi Geron Darman)
kenangan tidak menyangkal pertemuan,
pertemuan pun tidak menolak rindu,
sebab rindu tidak pilih kasih, juga tanpa tebang pilih,
yang selalu mengeja Setia.
Corazón de Maria
19, Madrid, a 30 de Marzo de 2023
Post a Comment for "Pancacinta dan Rindu Ibu || Kumpulan Puisi Melki Deni"