Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

No, STM Larantuka itu di Mana? - Nerapost

(Sumber foto: sekolah.data.kemdikbud.go.id)


“Maaf frater kami tidak mengajukan permohonan frater TOM!” pesan itu muncul dari balik HP OPPO A3S yang layarnya sudah kabur. Pesan itu memacu semangatku untuk memberitahukan kepada pimpinan bahwa harus pindah tempat TOM.

 Dengan jiwa kebapakan, pimpinanku dengan santai mengatakan masih banyak tempat yang membutuhkan frater TOM. “Kami pertemuan dulu, untuk memutuskan tentang tempat barumu,” ungkapnya menutup pembicaraan malam itu.

Di tengah kebimbangan dan penasaran, aku terus berdoa semoga SK baru segera keluar. Pada suatu momen, aku sedang duduk di bangku paling belakang ruangan kelas itu. Ia memanggilku dengan ramah “Kamu ke STM Bina Karya Larantuka saja eh,” tuturnya dengan lembut. Isi kepalaku memberontak setelah mendengar STM.

 

(Baca juga: Pembunuh Bayaran Berdarah Dingin di Balik Mimbar || Cerpen BD)

 



“Apakah saya sanggup menjalankan praktik tahun orientasi misi (TOM) di STM?” Pertanyaan itu selalu muncul dalam ingatanku. Menjadi frater TOM di STM bukan pekerjaan yang mudah. Sebagai orang yang berkaul, aku harus taat pada pimpinan. Aku pun mulai mencari tahu tentang SMK Bina Karya Larantuka di Google.

Pada tanggal 10 Juli 2023, APV berwarna silver laju dengan kecepatan sedang menuju kota Maumere. Ia membawaku pada harapan dan penasaran. Dalam perjalanan Dede selaku sopir, memutar lagu-lagu remix Flores Timur.

Ini juga sebagai tanda bahwa aku sudah keluar dari budaya Manggarai dan menuju budaya baru kota Nagi. Sesampainya di kota, tanpa aba-aba sopir-sopir Bus Nagi langsung merebut tas di dalam mobil. Mereka sesekali bertanya “No, ke Nagi k?”

 

(Baca juga: Tingkatkan Literasi di Masyarakat, Aldi Jemadut Dirikan Rumah Baca di Rembong - Nerapost)

 

Hal paling menjengkalkan naik angkutan umum adalah soal ketepatan waktu. Mereka selalu meyakini penumpang dengan kata-kata manis “Ini mau jalan sudah!” Kira-kira 4 jam aku berada dalam Bus itu. Sopir masih terus mencari penumpang yang lain. Beberapa penumpang mulai frustrasi dan bertanya kepada sopir “Om, kita jalan jam berapa?” Sambil menyalakan rokok Surya, sopir itu menjawab “Sebentar lagi.”

Kira-kira pukul 15.00, Bus itu meluncur dengan membawa beberapa penumpang. ‘Konjak’ yang berdiri di pintu selalu berterik “Nagi…..Nagi…, langsung berangkat.” Dalam hati aku pun berujar “Ini penipuan apalagi ini!”

Pemandangan sepanjang jalan sungguh memanjakan mata. Di Patiahu, barisan pohon kelapa layaknya sedang apel negara berjejer rapi. Tanjakan dan belokan masuk Boganatar menggoyangkan isi kepala. Rasa ngantuk dan kepala mulai pusing menguasai ragaku. Dalam hati selalu berkomitmen “Kalau muntah, ini memalukan. Apalagi di samping kiri ada nona Nagi memanjakan mata. Sial.”

 

(Baca juga: Pendidikan dan Tanggung Jawab Sosial - Nerapost)

 



Cara paling asyik yakni memadamkan mata dan memaksa diri sedang baik-baik saja. Masuk kota Nagi tepat pukul 21.00. Berkali-kali aku berkata pada sopir “saya turun di SMK Bina Karya.” Dengan mata yang masih berkonsentrasi pada stir dan pedal gas, sopir berkata “Ok no. Siap”

Dalam benakku, mereka tahu SMK Bina Karya itu di mana. Sudah satu jam lebih kami mengelilingi kota Nagi. Aku pun mulai meraih HPku yang tersimpan di saku tas. Aku mencoba menggunakan google maps.

Di luar dugaan ternyata mereka menghantarku sampai ke Weri. Dari depan sopir bertanya “No, SMK Bina Karya itu di mana?” Sial, mereka ternyata tidak tahu. Dengan nada cemas akupun berkata “Om, saya juga kurang tahu. Soalnya saya juga baru pertama kali ke sini.

HPku kembali bergetar, aku langsung meraih dan mengangkat telepon tersebut “Fr. sudah di mana, saya sedang duduk di depan teras ini,” suara di balik HPku. Benar yang meneleponku, konfrater dari SMK Bina Karya. Saya langsung berkata kepada sopri. “Om, Bina Karya itu di samping Katedral.”

Om Sopir langsung balik arah dengan memacu Busnya dengan kecepatan tinggi. “Aduh frater, kenapa sampai ke Wera,” tanyanya dengan wajah senyum. “Aduh tuan, saya pikir sopir tahu SMK ini, ternyata mereka tidak tahu,” sambungku. Aku pun diterima dengan sukacita oleh konfrater senior di komunitas St. Arnoldus Larantuka.

Di meja makan, konfraterku berkata “No frater, STM Bina Karya itu di sini.” Kadang apa yang kita pikirkan tidak diketahui oleh semua orang. Ya, STM itu di sini.

1 comment for "No, STM Larantuka itu di Mana? - Nerapost"

  1. Jangan lupa main" ke Pastoran Paroki Katedral tu... 😂😂

    ReplyDelete