Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pendidikan dan Tanggung Jawab Sosial - Nerapost


(Dokpri Admin Nerapost - Bung Donttel)

(Membaca Lester Frank Ward dalam Culture Schooling Party Masyarakat Manggarai Guna Menunjang Kesuksesan Pendidikan Anak)


Abstrak:  Pendidikan secara praktis tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai budaya. Budaya sebagai salah satu aspek penting dalam proses pendidikan seorang anak. Dapat dikatakan bahwa budaya memiliki tanggung sosial terhadap pendidikan. Culture schooling party masyarakat Manggarai merupakan salah satu cara untuk memberikan dukungan moril dan materi terhadap seorang anak yang hendak melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Sebagaimana yang dikatakan oleh Lester Frank Ward dalam teori Telesisnya bahwa manusia perlu memiliki kecerdasan ilmiah untuk mencapai jiwa sosialis. Kesanggupan berpikir kritis masyarakat Manggarai merupakan jalan untuk menciptakan dan melahirkan tanggung jawab sosial. Dengan demikian pendidikan bagi masyarakat Manggarai bukan merupakan tanggung jawab personal tetapi tanggung jawab communal.

Kata kunci: Pendidikan, Tanggung jawab sosial, Lester Frank Ward, Culture schooling Party..

Pendahuluan

            Pendidikan merupakan bagian yang inhern dengan kehidupan. Pemahaman seperti ini, mungkin terkesan dipaksakan, tetapi jika mencoba merunut alur dan proses kehidupan manusia, maka tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan telah mewarnai jalan panjang kehidupan manusia dari awal hingga akhir. Pendidikan adalah pengawal sejati dan menjadi kebutuhan asasi manusia. Karena pendidikan sebagai kebutuhan hidup maka serentak semua individu manusia berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Paulo Freire melihat pendidikan sebagai bentuk pembebasan dan penyadaran. Pembebasan dalam arti ini, dipahami sebagai pembebasan dari kemiskinan dan kebodohan. Sementara penyadaran dalam arti ini, dipahami sebagai penyadaran orang akan posisinya dalam masyarakat, termasuk hubungan-hubungan sosial yang membentuk dan melingkupinya.[1]


(Baca juga: Pancacinta dan Rindu Ibu || Kumpulan Puisi Melki Deni)


Tentunya untuk mencapai titik itu perlu adanya dukungan dari sosial masyarakat. Lingkungan masyarakat juga sangat mempengaruhi kesuksesan dalam dunia pendidikan dari seorang anak. Lingkungan sosial yang baik akan mampu menciptakan pendidikan yang baik pula. Dalam hal ini teori sosiologi Lester Frank Ward sangat berperan penting dunia pendidikan. Ward mengakui pemikiran Sumner sekaligus sebagai dasar dalam sosiologinya. Ia menerima bahwa manusia telah berevolusi dari bentuk-bentuk yang lebih rendah hingga mencapai status mereka sekarang. Manusia terus mengalami perubahan ide ke arah yang lebih baik tentunya perubahan tersebut berkat pengaruh-pengaruh lingkungan sosial.



Ward percaya bahwa masyarakat awal dicirikan oleh kesederhanaan dan kemiskinan moral, sementara masyarakat modern lebih rumit, lebih bahagia, dan memberikan kebebasan yang lebih besar. Dalam hal ini Ward membagi dua hal penting dalam dunia sosiologi yakni sosiologi murni dan sosiologi terapan. Dalam sosiologi murni mempelajari hukum-hukum dasar dalam perubahan sosial dan struktur sosial. Namun, ward tidak puas dengan kenyataan yang ada. Bagi Ward sosiologi harus mencapai titik yang praktis bukan yang samar-samar saja. Kehadiran sosiologi harus mampu menyentuh pada tatanan yang praktis dalam lingkungan sosial. Sedangkan dalam sosiologi terapan meliputi penggunaan pengetahuan ilmiah secara sadar untuk mencapai masyarakat yang lebih baik. Ward percaya bahwa perubahan sosial dalam masyarakat sangatlah penting. 


Tulisan ini hendak melihat bagaimana peran sosiologi dalam pendidikan sebagai tanggung jawab sosial terutama berkaitan dengan budaya pesta sekolah masyarakat Manggarai. Tulisan ini dibagi ke dalam lima bagian. Bagian pertama menjelaskan latar belakang serta pemikiran Lester Frank Ward. Bagian ke dua biografi dari Lester Frank Ward serta karya-karyanya. Bagian ketiga menjelaskan konsep pemikiran Lester Frank Ward serta tanggung jawab sosial. Bagian keempat tanggapan dari sosiologi Lester Frank Ward terhadap culture schooling party masyarakat Manggarai. Bagian kelima merupakan kesimpulan dari penulis.

Metode Penulisan

Dalam proses pengerjaan karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode kualitatif. Adapun metode kepustakaan yang gunakan penulis dalam mengerjakan karya ilmiah ini dengan melalui beberapa tahap; Pertama, Penulis lebih dulu membaca berbagai referensi tentang konsep pemikiran Lester Frank Ward, serta mendalami pemikir yang mempengaruhi konsep pemikiran Lester Frank Ward. Kedua, penulis menggali data dari beberapa penelitian tentang budaya pesta sekolah di Manggarai. Ketiga, Setelah memahami inti sari dari konsep pemikiran Lester Frank Ward, penulis mencoba mengelaborasi dengan budaya pesta sekolah di Manggarai.


(Baca juga: Menilik Perilaku Korupsi Aparatur Negara di Indonesia dalam Terang Ensiklik Sollicitudo Rei Socialis - Nerapost)


Penulis mengerjakan karya ilmiah ini untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana pendidikan dalam tanggung jawab sosial. Sekaligus memberikan inspirasi bagi banyak orang bahwa tanggung jawab pendidikan dewasa ini bukan semata-mata tanggung jawab personal melainkan tanggung jawab communal.

Biografi Lester Frank Ward dan Karya-karyanya

Lester Frank Ward lahir pada tanggal 18 Juni 1841 di Joliet, Illinois. Ward merupakan anak bungsu dari 10 anak yang lahir Justus Ward dan istri Rolph Ward. Ketika Lester Frank adalah satu tahun keluarganya pindah lebih dekat ke Chicago, ke tempat yang disebut Cass, sekarang dikenal sebagai Downers Grove, Illinois sekitar dua puluh tiga mil dari Danau Michigan. Karena keterbatasan uang, Lester Frank Ward tidak menghadiri kuliah dan ia lebih memilih mengajar di sebuah sekolah negara kecil, di musim panas ia bekerja sebagai buruh tani. Dia akhirnya menyimpan uang untuk menghadiri kuliah dan terdaftar di Susquehanna Collegiate Institute pada tahun 1860. Ward menikah dengan Lizzie pada 13 Agustus 1862 dan segera terdaftar di Angkatan Darat Uni dan dikirim ke Perang Sipil depan di mana dia terluka tiga kali. Setelah berakhirnya perang ia berhasil mengajukan petisi untuk bekerja dengan pemerintah federal di Washington, DC, di mana ia dan Lizzie kemudian pindah. Lizzie membantu dia dalam mengedit newsletter yang disebut "The ikonoklas", yang didedikasikan untuk berpikir bebas. Dia melahirkan anak laki-laki, tetapi anak meninggal ketika dia kurang dari satu tahun. Kemudian, pada tahun 1872, Lizzie jatuh sakit dan meninggal. Ini adalah masa-masa sulit untuk Ward hidup melalui.[2]

Ia menerima gelar sarjana seni dari George Washington University pada tahun 1869 dan master pada tahun 1873. Dari 1865 hingga 1872 ia adalah dengan Departemen Keuangan AS dan dari tahun 1881 sampai 1.888 adalah asisten ahli paleontologi dan kemudian kepala dengan US Geological Survey. Dia melakukan penelitian yang cukup besar dalam geologi dan paleobotani tetapi menjadi sangat tertarik dalam sosiologi sebagai disiplin ilmu baru. Karya-karyanya diterbitkan dalam sosiologi begitu diterima dengan baik bahwa, tanpa jabatan akademik, ia terpilih sebagai presiden dari Society American Sociological pada tahun 1906 dan 1907. Pada 1906 Ward dibuat profesor sosiologi di Universitas Brown. Dia meninggal di Washington pada tanggal 18 April 1913.[3]

Ward mendekati masyarakat manusia dari dua perspektif. Pertama, sebagai seorang ahli botani yang sukses, ia menganalisis perkembangan organisasi sosial dalam hal energi, dan kombinasi dan spesialisasi dalam penggunaan energi. Tema-tema ini pertama kali disajikan dalam Sosiologi Dinamis nya (1883) dan Sosiologi Murni (1903). Tapi Ward juga menekankan peran perasaan, motif, dan akan dalam urusan sosial. Hal ini secara luas dibahas dalam Faktor psikis dalam Peradaban (1893). Dalam semua karya yang telah disebutkan sebelumnya, Ward berusaha untuk menyederhanakan seluruh sejarah umat manusia sebagai evolusi yang relatif buta tapi agak progresif tatanan sosial melalui konflik dan resolusi konflik, dengan cara kompromi dan berbagai tingkat kerjasama (teori socalled of genesis). Meskipun prefigured dalam bagian terakhir dari Sosiologi Murni, teori Ward dari Telesis yang jauh diperluas dalam Sosiologi Terapan (1906). Teori ini menegaskan bahwa buah dari prestasi sosial yang sebelumnya membuat kemampuan manusia memungkinkan untuk mengarahkan evolusi lebih lanjut oleh upaya rasional dan diperoleh intelijen.[4]


(Baca juga: Pohon Lontar Tumbuh di Atas Kepala || Cerpen BD)


Konsep Pemikiran Lester Frank Ward dalam Tanggung Jawab Sosial

Lester Frank Ward merupakan salah tokoh pelopor sosiologi di Amerika. Ia mempunyai banyak karir yang tidak biasa. Ia lebih banyak bekerja sebagai ahli purbakala (Paleontologi) yang bekerja untuk pemerintah federal. Selama ia bekerja menjadi pakar dalam purbakala itu ia sering membaca karya-karya Spencer dan Comte dan mengembangkan perhatiannya terhadap sosiologi. Dalam kurun waktu tersebut Ward telah menyelesaikan tiga karya besar yakni pertama Dynamic Society (1883), Psychic Factors of Civilization (1893) dan Pure Sociology. Dalam Dynamic Sociology, Lester Frank Ward menyatakan bahwa sebagai ilmu sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.[5]

Ward berteori bahwa kemiskinan dapat dikurangi atau dihilangkan dengan intervensi sistematis masyarakat. Manusia tidak berdaya di hadapan kekuatan impersonal alam dan evolusi. Melalui kekuatan pikiran, manusia bisa mengendalikan situasi dan mengarahkan evolusi masyarakat manusia. Teori ini dikenal sebagai Telesis, sebuah sosiologi yang cerdas dan ilmiah diarahkan pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat harus melembagakan sistem universal dan komprehensif pendidikan, mengatur persaingan, menghubungkan orang bersama-sama atas dasar persamaan kesempatan dan kerjasama, dan mempromosikan kebahagiaan dan kebebasan setiap orang.


(Baca juga: Berpastoral hingga Tuntas: Ziarah Pelayanan Dua Katekis di Tuwa Paroki Datak - Nerapost)


Ward juga dikenal sebagai perintis sosiologi pendidikan. Dalam kajiannya dibidang pendidikan ward menegaskan bahwa untuk memperbaiki masyarakat sangat diperlukan pendidikan. Pendidikan sebagai jalan masuk untuk merubah tatanan sosial yang masih menggunakan sistem kelas. Karena pada dasarnya perbedaan kelas yang sering kali terjadi di masyarakat bersumber pada perbedaan kepemilikan kesempatan, terutama berkaitan dengan memperoleh pendidikan yang layak. Sebab perbedaan kepemilikan kesempatan untuk memperoleh pendidikan tersebut mengarah pada monopoli kepemilikan sumber-sumber sosial maupun keadilan. Sistem ini diwarnai dengan ketidakadilan dalam masyarakat. Kaum elit sering kali mendapatkan perlakuan yang layak dalam sistem pendidikan sedangkan kaum kelas bawah mendapatkan perlakuan yang tidak adil. Kita mencoba melihat pendidikan merupakan hak asasi manusia. Setiap individu berhak untuk mendapatkan dan memperoleh pendidikan yang baik guna untuk menunjang kehidupan selanjutnya.

Senada dengan Ward, Abu Ahmadi berpendapat bahwa sosiologi pendidikan adalah cabang ilmu pengetahuan yang membahas proses interaksi sosial anak-anak mulai dari keluarga, masa sekolah sampai dewasa serta dengan kondisi-kondisi sosio-kultural yang terdapat dalam masyarakat dan negaranya. Beliau juga menyatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari tentang proses belajar dan mempelajari antara orang yang satu dengan orang lain (education sociology should be centered bout the process of inter-learning-learning from one another). Dari asumsi ini pada dasarnya manusia memiliki kapasitas belajar yang sama. Atas dasar ini Ward mendesak pemerintah Amerika untuk mengadakan wajib belajar.[6]

Lester Frank Ward dalam Culture Schooling Party Masyarakat Manggarai

Lester Frank Ward dalam teorinya tentang sosiologi, ia melihat ilmu sosiologi sebagai pengetahuan tentang kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah. Dalam Pemikiran ini seorang individu dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain. Tentunya keberadaan orang lain sangatlah penting dalam ilmu sosiologi. Individu dibentuk dalam lingkungan sosial di mana ia berada. Selanjutnya Ward berteori tentang kemiskinan yang terjadi di dalam masyarakat. Bagi Ward kemiskinan dapat dikurangi atau dihilangkan dengan intervensi yang sistematis dari masyarakat.

 Manusia atau individu tidak berdaya di hadapan kekuatan impersonal alam dan evolusi. Kekuatan pikiran manusia menjadi modal penting untuk mengendalikan situasi dan mengarahkan evolusi manusia. Teori ini dikenal sebagai teori Telesis, di mana sebuah sosiologi yang cerdas dan ilmiah diarahkan untuk membangun jiwa sosialis dan ekonomi masyarakat harus melembagakan suatu sistem universal dan komprehensif. Dalam hal, keberadaan sosiologi mampu mengatur persaingan, relasi sosial yang baik sehingga dapat mempromosikan kebahagiaan dan kebebasan bagi setiap orang dalam lingkungan masyarakat.  


(Baca juga: Pesona Bukit Wolobobo, Cocok Healing Bareng Ayang Maupun Mantan - Nerapost)


Pembahasan tentang relasi sosial dalam masyarakat berarti kita perlu juga membahas tentang antropologi. Kedua cabang ilmu ini memiliki keterkaitan yang sangat erat. Memang sosiologi hanya membahas tentang ilmu hidup bermasyarakat sedangkan pusat kajian antropologi berdasarkan budaya yang ada dalam masyarakat. Dengan demikian berbicara tentang hidup bermasyarakat tentunya juga kita perlu menyentuh budaya pada masyarakat. Budaya sebagai salah satu hal yang penting untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang harmonis. Dengan budaya, kita mampu mengenal dan menyentuh kepribadian seorang individu.

Menurut P. Raymundus Rede Blolong, SVD, kebudayaan dalam ilmu Antropologi selalu dibicarakan dalam hubungan dengan masyarakat manusia. Hal itu ditegaskannya bahwa para antropolog pun berpendapat bahwa kebudayaan memiliki hubungan yang erat dengan manusia, bahkan identik dengannya, karena hanya manusialah yang dapat berbudaya.[7]  Dengan demikian, kebudayaan merupakan sesuatu yang tidak dapat dilepaspisahkan dari masyarakat manusia. Kebudayaan muncul dan diciptakan oleh masyarakat itu sendiri. Manusia belajar untuk berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut berdasarkan kebudayaannya. 


(Baca juga: Optimalisasi Peran Kaum Muda dalam Digital Talent Guna Menanggulangi Resesi Ekonomi Indonesia)


Kebudayaan memiliki pengaruh yang sangat penting bagi kehidupan manusia serta memudahkan manusia melakukan sesuatu dan menjadikan manusia apa adanya. Manusia telah melahirkan budaya, karena itu ia hidup dari, oleh dan untuk budaya. Manusia adalah pelaku dan penentu kebudayaan.[8] Budaya secara pasti mempengaruhi manusia sejak dalam kandungan hingga mati dan bahkan setelah mati pun manusia dikuburkan dengan cara-cara yang sesuai dengan budaya.[9]  

Ketika berbicara tentang masyarakat Manggarai berarti tidak terlepas dari pembicaraan tentang kebudayaan Manggarai. Kebudayaan bagi masyarakat Manggarai bukanlah hal yang baru. Kebudayaan telah melekat dalam diri orang Manggarai. Tanah nuca lale (Manggarai) kaya akan kebudayaan daerah yang terbentang dari Wae Mokel sampai Selat Sape. Kebudayaan-kebudayaan yang ada mengantar masyarakat Manggarai untuk mencapai suatu kehidupan yang lebih baik  sehingga hubungan di antara masyarakat semakin harmonis.

Guna mencapai relasi yang harmonis tersebut, tentunya perlu ada faktor dukungan  dan salah satu faktor pendukungnya yakni lingkungan. Dalam hal ini lingkungan berperan penting untuk membangun relasi sekaligus motivasi untuk mencapai prestasi yang harmonis itu. Fransiskus Natali Agatio Nanu dalam Matsumoto (2008) ada tiga dimensi dalam lingkungan diantaranya lingkungan fisik, lingkungan sosial dan lingkungan kultural. Lingkungan kultural didefinisikan sebagai kebudayaan yang dibentuk oleh kelompok sosial tertentu serta kebiasaan yang meliputi kepercayaan, tradisi, dan hal terkait lainnya yang ada di suatu lingkungan masyarakat. Berbicara mengenai budaya, pada masyarakat Manggarai terdapat salah satu budaya yang menggambarkan bentuk dukungan sosial dalam bidang pendidikan, budaya itu dinamakan pesta sekolah. Pesta sekolah merupakan acara yang dilakukan komunitas sosial Manggarai ketika seseorang dalam kelompok masyarakatnya ingin melanjutkan studi.[10]


(Baca juga: Marla dan Kota Metropolitan || Cerpen BD)


Pesta sekolah dapat dikatakan sebagai bentuk dukungan sosial dari masyarakat baik dalam bentuk materiil maupun moril kepada individu yang ingin melanjutkan studi. Dukungan sosial merupakan kenyamanan psikis dan emosional yang diberikan kepada individu oleh keluarga, teman, rekan, dan yang lainnya, dapat juga berupa pertukaran interpersonal dimana salah seorang memberikan bantuan atau pertolongan kepada yang lain. Acara ini dilakukan karena berangkat dari kesadaran masyarakat Manggarai akan pentingnya pendidikan. Namun karena terkendala biaya pendidikan yang besar serta ketidakmampuan ekonomi masyarakat saat itu maka diadakan pesta sekolah. Pesta sekolah sebagai bentuk dukungan sosial diasumsikan berpengaruh terhadap timbulnya motivasi berprestasi seseorang karena nilai-nilai yang tertuang dalam pesta sekolah sarat akan makna, seperti nasihat-nasihat yang disampaikan oleh tua adat kepada anak yang ingin melanjutkan studi mengisyaratkan adanya dukungan sosial berupa moril dari seluruh anggota masyarakat agar anak yang melanjutkan studi bisa berhasil. Selain itu pemberian uang saat acara pesta sekolah mengisyaratkan adanya dukungan sosial berupa material dari anggota masyarakat kepada anak yang ingin melanjutkan studi.[11]

Hemat Penulis konsep teori sosiologi yang diprakarsai oleh Ward sangat relevan dengan realitas yang terjadi dalam pesta sekolah masyarakat Manggarai. Dalam teori Telesisnya, Ward melihat bahwa manusia perlu membangun kecerdasan ilmiah yang mengarah dan membangkitkan jiwa sosialis dalam masyarakat. Pesta sekolah sebagai bentuk dukungan sosial terhadap pendidikan seorang anak. Dalam hal, masyarakat satu kampung memiliki peran dan tanggung jawab sosial guna membantu kesuksesan masa depan seorang individu.


(Baca juga: Kopi Tetangga || Cerpen Yohan Rudin)


Kesimpulan

Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting yang tidak dapat dilepas pisahkan dalam kehidupan manusia. Pendidikan juga sebagai hak dasar dari seorang individu. Seorang individu berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Dengan pendidikan yang baik mampu mempengaruhi status sosial dalam masyarakat lebih dari itu tujuan dari pendidikan yakni memanusiakan manusia sehingga dapat berguna untuk bangsa. Guna untuk mencapai hal tersebut seorang individu perlu mendapatkan perhatian dan dorongan lebih dari lingkungan sosial. Salah satu aspek yang berperan penting untuk mencapai hal tersebut adalah partisipasi masyarakat.

Lester Frank Ward seorang sosiolog yang terkenal dengan teori Telesisinya mengatakan bahwa manusia perlu memiliki kecerdasan ilmiah guna untuk mencapai jiwa sosialis yang baik. Dengan jiwa sosialis, seorang individu mampu memberikan sekaligus miliki tanggung jawab sosial dalam lingkungan masyarakat. Tanggung jawab sosial juga sebagai salah satu cara untuk mencapai kehidupan yang harmonis dan dapat keluar dari kemiskinan sosial. Salah satu contohnya yakni budaya pesta sekolah masyarakat Manggarai. Pada kegiatan ini masyarakat memberikan dukungan moril dan materi terhadap keluarga yang ekonomi lebih, tentunya guna untuk melanjutkan pendidikan anak ke jenjang yang lebih tinggi.



[1] Euis Nur Amanah Addiniah, “Urgensi dan Implikasi Pedagogik Kritis pada Pendidikan di Era

Revolusi Industri 4.0”,  Jurnal Pendidikan Tambusai, 5:1  (Bandung: Tahun 2021 ), hlm. 1708.

[2] Biografi Lester Frank Ward, [t.p], http://baiqtria.blogspot.com/2012/10/biografi-lester-frank-ward_18.html, diakses pada 02 Feberuari 2023.

[3] Ibid.

[4] Ibid.

[5] Ibid.

[6]  Budianto, “Pengertian Sosiologi Pendidikan”, dalam pengertianilmu.com, https://www.pengertianilmu.com/-2015/02/pengertian-sosiologi-pendidikan.html, diakses pada 18 November 2022.

[7] Raymundus Rede Blolong, Dasar-Dasar Antropologi (Ende: Nusa Indah, 2012), hlm. 55.

[8] Paulus Budi Kleden, Teologi Terlibat: Politik dan Budaya dalam Terang Teologi (Maumere: Ledalero, 2012), hlm. 9.

[9] Richard E. Porter dan Lary A. Samovar, Komunikasi Antarbudaya (Bandung: Rosda, 1990), hlm. 18-19.

[10] Fransiskus Natali Agatio Nanu, dkk, “Dukungan Sosial dalam Bentuk Pesta Sekolah dengan Motivasi Berprestasi Mahasiswa Manggarai”, Journal of Health and Behavioral Science, 1:1 (Maret, 2019), hlm. 48.

[11] Ibid., hlm. 48-49.

Post a Comment for "Pendidikan dan Tanggung Jawab Sosial - Nerapost"