Golgota || Puisi Nadya A. S. Banggur
(Sumber gambar: pinterest.com)
Golgota tempat tengkorak
salib bagi penjahat
hukuman hina bagi yang laknat
tragis dan tragedi bagi penjerat
di Golgota ini
putra sahaja mati
Yesus putra Maria
Diapit dua penjahat
dicap laknat oleh Herodes raja Yahudi dan Pilatus raja
Romawi
(Baca
juga: Patah Pada Kacamata Dunia Maya || Kumpulan Puisi Sarina Daiman)
Yesus disiksa memikul salib
darah mengucur luka sekujur tubuh
dimahkotai duri, dihukum mati
tragis! kejam !keji!
Kisah ini panjang dan berliku
penuh tusukan tajam dan cemooh
menikam mati setiap mata yang melihat
tak terurai air mata kehinaan diri
Cucuran keringat dan darah menetes pada tubuhnya
Dia menyayat jiwa yang perih
merintih seduh meregang gejolak emosi tak berbalas
sejenak percikan air mata menerpa tubuh
penuh rapuh namun membawa suka cita.
(Baca
juga: Salib vs Absurditas - Nerapost)
Kau palung luka menganga di dada
di kepala mahkota duri,
kasih seperti melati
ia didera, ditampar, dicambuk, diludahi, ditendang, dipukul,
diikat, disiksa, dan di Golgota ia disalibkan
Golgota yang melambangkan berbagai kejahatan,
namun ia menerima dengan teguh dan pasrah
walau penuh kecaman di atas kayu salib,
ia yg tidak berdosa telah dihukum kejam
ini pertanda tidak keadilan bertumbuh bersama iblis
mencengkam.
(Baca
juga: Magang di Media Indonesia dan Metro TV; Tantangan dan Peluang)
Batu-batu di bukit ini menggerutu
perih-sedih penuh duka
tangisi tubuh terpecah di ranjang maut diam seram
kau ukir perginya dengan liar
memungut darah bersimbah bersama tetes waktu, indah
mengalir di kepala
Aku menjalang resah, melambung padamu
bagai ranting zaitun terriuk-riuk
dalam diam terpecah lalu patah
oh Golgota! Golgota! Golgota
Dukaku seribu tahun menombakmu
menancap dinding batumu,
memburu retak-retak bisumu,
memangut separuh wajahmu melahap karya cinta dan
dengki.
bagai rintik-rintik hujan jatuh ke bumi
mengecup diam mengecup diam bebatuan seperti air mukamu.
(Baca
juga: Pacar Kontrak di Tempat KKN || Cerpen BD
Golgota! Golgota! oh, Golgota
adakah yang seperti dia?
memilih terpaku di puncakmu?
di puncakmu
di puncakmu
di puncakmu oh Golgota
aku mengenang kisah di masa kelam
kisah yang lelah membawa derita bagi pujangga
di atas palang hina
dalam kekalutan jiwa
aku dengar teriakan
salibkan dia! salibkan dia! salibkan dia
aku terjaga
mengapa harus dia?
adakah salah dan dosa?
adakah yang mau menolongnya?
(Baca
juga: Tuhan Mati bagi Pemabuk || Cerpen BD)
hidup penuh penghinaan
hempasan..pukulan
siksaan...cercaan
inikah akhir segalanya
bukan.. bukan
ini permulaan
di hati tersimpan segala pengorbanan
di sana, di atas puncak Golgota teriakan mereka masih terdengar jua.
Post a Comment for "Golgota || Puisi Nadya A. S. Banggur "