Patah Pada Kacamata Dunia Maya || Kumpulan Puisi Sarina Daiman
(Sumber gambar: nova.grid.id)
Jeda
Bisakah kita
saling menjaga
Dengan cara
menjauh
Karena
memaksa bertahan
Akan membuat
kita saling menyakiti.
Benar kata
mereka.
Mungkin kita
perlu belajar dari
bumi dan matahari
Lebih baik
menjauh untuk saling menjaga
Daripada
memaksa untuk mendekat
Tapi malah menyakiti
salah satu dari kita.
(Baca
juga: Salib vs Absurditas - Nerapost)
Masa Bodoh Sosial
Ketika tak
ada yang peduli
Engkau
berdiri di balik dinding sunyi.
Sejauh ini
engkau hebat
Meski air
mata menampung
Di ulu hati
yang dalam.
Meski banyak
yang melihatmu
Namun hati
mereka tak peduli
Bagi mereka
kamu hanyalah butir pasir
Yang
tersisih di pinggir lautan kehidupan
Engkau pun tersadar
Saat itu tangisanmu meluap
Mereka kejam di matamu yang tak punya apa-apa
Namun bagi mereka
Engkau yang kejam karena tak berjuang.
(Baca
juga: Di Palacio Real de Madrid || Kumpulan Puisi Melki Deni)
Detik jam
pun terhenti
Ketika
engkau dan mereka saling menyalahkan
Seketika itu
wajahmu terangkat pelan
Ada ribuan
bintang yang kau tatap
Menunggumu
di angkasa luas
Engkau
tersenyum sambil berbisik
"Terima
kasih, aku pamit"
Mereka yang
berjalan pun berhenti
Mereka
berpikir engkau berdrama lagi
Namun, saat
senyum terulas di bibir pucatmu
Mereka
berteriak menyesali
Engkau telah
pergi di kujur beku
Meninggalkan
dinding sunyi
Terbaring
kaku,
Tak ada yang
peduli
(Baca
juga: Menabung Rindu || Cerpen Stefan Raharjo)
Kacamata Dunia Maya
Lebih
tepatnya sedang bingung dengan rindu.
Selalu
mengajak untuk bertemu.
Tapi hanya
menggebu dalam semu.
Dalam mimpi
kamu yang dirindu
Eh, ternyata
itu hanya rapuh
kita
hanyalah ragu
Yang
berusaha ingin bersatu
Salahkah
bila ragu menusuk kalbu?
Karena kita
hanya jarak jauh
Tak mampu
digapai waktu.
Hanya dering
chatting yang berbunyi
Kita
digantung dalam situasi ini
Candu dalam
digitalisasi
(Baca
juga: Pesona Bukit Wolobobo, Cocok Healing Bareng Ayang Maupun Mantan - Nerapost)
Patah
Saat sunyi
mendekap lagi
Air mata tak
terbendung lagi
Perlahan
saputangan menyeka
Meski basah
menapak jejak
Aku kembali
tersadar
Kejamnya
manusia tanpa kesadaran
Terkadang
Dia kujadikan
Tempat
pelampiasan
Saat aku
terkurung dalam tahanan
Menahan
semua kesusahan
Menelan
semua kepahitan
Satu hal
yang kumaknai
Ternyata
manusia begitu kejam
Selalu
menghampiri
Saat hanya
mengingini
Mencintai
hanyalah kata imajinasi
Yang tak
pernah terisi dalam hati
Mereka
datang lalu pergi
Mencari
manfaat tanpa mencintai
Hanya
sekedar mengingini
*Sarina
Daiman, Mahasiswi STIPAS Ruteng
Post a Comment for "Patah Pada Kacamata Dunia Maya || Kumpulan Puisi Sarina Daiman "