Kemiskinan di Tengah Pembangunan || Opini Maria Dinda Lestari
(Sumber gambar: payungi.org)
Pengantar
Salah
satu persoalan yang masih saja dihadapi oleh negara Indonesia hingga saat ini
ialah masalah kemiskinan. Persoalan kemiskinan merupakan masalah yang kompleks
dan bersifat multidimensional sehingga menjadi prioritas pembangunan. Sejak
awal mula kemerdekaan Indonesia, pembangunan dirancang untuk mengangkat harkat
dan martabat masyarakat Indonesia. Tujuan konkret dari pembangunan tersebut
ialah mencapai kesejahteraan masyarakat Indonesia, baik secara politis maupun
ekonomis. Tidaklah mudah bangsa Indonesia melakukan pembangunan dengan situasi
yang masih chaos. Tentunya
pembangunan harus disesuaikan dengan segala situasi yang terjadi saat itu.
Seiring
berjalannya waktu, Indonesia melakukan pembangunan di berbagai sektor. Hal ini
dapat dilihat dalam realitas bangsa dan negara kita saat ini. Setiap wilayah
berusaha membangun daerahnya masing-masing mulai dari sektor pendidikan hingga
ekonomi. Upaya pengentasan kemiskinan dilakukan untuk mewujudkan cita-cita
bangsa yaitu, terciptanya masyarakat yang adil dan makmur (Royat, 2015). Sebab
kebahagiaan merupakan tujuan akhir hidup manusia, karena apabila sudah bahagia
manusia tidak memerlukan apa-apa lagi. Kebahagiaan itulah yang baik pada
dirinya sendiri. Kebahagiaan bernilai bukan demi suatu nilai lebih tinggi
lainnya, melainkan demi dirinya sendiri.
Banyaknya
penduduk di Indonesia menjadi modal penting bagi pelaksanaan pembangunan di
setiap daerah di Indonesia. Jumlah penduduk dan sumber daya alam Indonesia
sangat besar dan bisa mendukung keberhasilan pembangunan. Meskipun demikian,
masyarakat Indonesia nyatanya belum merasa sejahtera. Sebab, tujuan pembangunan
belum tercapai dan masih banyak kendala yang dihadapi masyarakat Indonesia.
salah satu yang kita rasakan adalah kemiskinan. Hal ini dipengaruhi oleh rendahnya
sumber daya manusia. Artinya sumber daya manusia masih berada pada level bawah
atau rendah. Selain itu, keinginan kita untuk melakukan perubahan sangatlah
tidak mungkin jika kapabilitas manusia masih berada pada kata buruk.
Dari
uraian di atas, penulis tertarik untuk mengulas persoalan tentang ketidaksesuaian
antara tujuan pembangunan dengan realita yang terjadi di lapangan di Indonesia.
Tujuan pembangunan seolah hanya wacana saja. Sebab maraknya perencanaan dan
kegiatan pembangunan belum mampu menanggulangi kemiskinan di Negara Indonesia.
Pembahasan
Sebagai
negara yang masih berkembang, Indonesia terus berusaha untuk menggapai kemajuan
dan perkembangan di segala aspek kehidupan manusia Indonesia. Demi menggapai
kemajuan dan perkembangan itu, Indonesia berupaya membangun segala macam hal,
seperti infrastruktur, kehidupan ekonomi, stabilitas politik, sumber daya
manusia, dan lain sebagainya. Pembangunan-pembangunan itu sudah dimulai sejak
lama dan menjadi lebih gencar di era Jokowi, yakni sejak tahun 2014 sampai saat
ini.
Jokowi
yang pada saat itu megususng slogan “pembangunan dari desa”, berusaha membangun
Indonesia dari pinggiran. Bagai oase di tengah padang gurun, gebrakan Jokowi
ini disambut gembira oleh seluruh masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat
Indonesia Timur dan pelbagai daerah pinggiran lainnya di Indonesia. Ada banyak
masyarakat yang senang dengan ide, gagasan, dan inisiatif dari Presiden Ketujuh
ini.
Namun,
realita yang terjadi saat ini adalah
prioritas pembangunan Jokowi di Indonesia tidak seimbang dengan
pembangunan sumber daya manusia Indonesia. Jika kita telisik lebih jauh, Jokowi
lebih memperhatikan pembangunan infrastruktur dan ekonomi. Dia tidak
menggunakan idealisme akan pembangunan yang seimbang antara pembangunan fisik
dengan pembangunan mental manusia. Artinya sumber daya manusia masih berada
pada level bawah atau rendah. Memang tidak dapat dimungkiri bahwa pembangunan
sosial dipahami sebagai perubahan yang direncanakan dan diarahkan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat seluruhnya.
Beberapa
negara memfokuskan tujuannya untuk menghapus kemiskinan. Penghapusan kemiskinan
bisa saja terjadi jika didukung oleh kemampuan dari masyarakat untuk berusaha
berubah. Perubahan tidak akan terjadi jika kapabilitas manusia buruk. Maka dari
itu para pejabat pemerintahan harus melakukan penanganan secara serius dan
lebih perhatikan lagi serta bersifat komprehensif termasuk pembangunan
masyarakat, tanggung jawab dan menjamin hak asasi manusia sepanjang arus dan
dimensi kehidupan.
Menurut
alif Basuki (2007) ada dua faktor penyebab kegagalan penanggulangan kemiskinan
di Indonesia. pertama, terdapat program-program penanggulangan kemiskinan yang
selama ini cenderung pada upaya bantuan sosial untuk orang miskin. Kedua,
adanya latar belakang paradigm dan pemahaman yang kurang tepat tentang
kemiskinan yang mengakibatkan progma kemiskinan tidak tepat sasar. Penanggulangan
kemiskinan haruslah berperspektif kepada hak. Artinya Negara harus berusaha
semaksimal mungkin memenuhi hak-hak dasar rakyatnya. Meliputi hak atas
pendidikan, kesehatan, perumahan, pekerjaan layak dll.
Pembangunan
sosial sejatinya merujuk pada berbagai penataan sehingga masyarakat mendapatkan
pendidikan, pelayanan kesehatan dan sebagainya, yang nantinya mempengaruhi
kebebasan substantif individu untuk hidup lebih baik. tentu hal ini bukan saja
penting bagi kehidupan individu, melainkan juga ntuk berpartisipasi dalam
aktivitas ekonomi dan politik. dengan kata lain, peluang sosial mengacu kepada
peluang masyarakat dalam mengakses penghidupannya, terutama kesehatan dan
pendidikan.
Peningkatan
mutu hajat hidup masyarakat penting untuk meningkatkan pula partisipasi
masyarakat dalam aktivitas politik dan ekonomi. Dilihat dari segi ekonomi,
kemiskinan merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh serba kekurangan seperti
kekurangan pendidikan, kesehatan yang kurang baik serta kurangnya transportasi
yang dibutuhkan oleh semua masyarakat (SMERU dalam Suharto, 2004). Sedangkan
dari segi politik, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat akses terhadap
kekuasaan.
Tak
dapat dimungkiri bahwa pembangunan yang terjadi selama ini mengalami
peningkatan dan membuahkan hasil positif bagi masyarakat saat ini. Namun, yang
mejadi kendala dari pembangunannya ini adalah meningkatnya angka kemiskinan
yang dirasakan oleh masyarakat. Menurut data sementara, jumlah penduduk miskin
pada periode maret 2023 yakni sebesar
1,14 juta orang atau meningkat sebesar 9,5 ribu orang dari Maret 2022 (rri.go.id,
18/07/2023) Hal
ini tentunya menjadi keprihatinan kita bersama terkhusunya pemerintah pusat dan
provinsi.
Untuk
melakukan penanganan ini, hal yang harus kita perhatikan adalah paradigma
pembangunan. Sejatinya paradigma pembangunan berkonsentrasi dari bawah ke atas.
Artinya pembangunan dimulai dari manusia baru kemudian membangun infrastruktur.
Hal ini dapat kita lihat dalam undang-undang yang telah disahkan melalui undang-undang otonomi daerah yang direvisi
sebanyak dua kali, yaitu undang-undang No 22 tahun 1999 menjadi undang-undang No 32 tahun 2004
tentang pemerintahan daerah serta
undang-undang No 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional (bunghatta.ac.id, 20/05/2005). Pembangunan dari
bawah ke atas yang di maksudkan di sini ialah pembangunan kapabilitas diri
manusia.
Satu
hal yang perlu diketahui dan diingat oleh Negara dalam menjalankan pembangunan
ialah bahwa pembangunan itu harus dilakukan dengan komprehensif dan
berlandaskan pada demokrasi, yaitu pembangunan yang berasal dari, oleh, dan
untuk masyarakat. Pembangunan semacam ini merupakan
pembangunan demokratis. Dengan begitu, kemampuan masyarakat akan meningkat,
baik itu kemampuan yang berkaitan dengan kreativitas maupun produktivitas,
sehingga masyarakat dapat menjadi agen pembangunan
yang berkualitas pada saat ini dan di masa-masa yang akan datang.
Bukti nyata adalah bahwa
kemiskinan yang terjadi bukan hanya dilihat dari segi ekonominya saja melainkan
dari segi pendidikannya juga, Indonesia memiliki tingkat yang paling rendah.
Minimnya pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari banyaknya masyarakat
Indonesia yang masih tertinggal. Jika di telisik lebih jauh, pembangunan harus
berpusat pada rakyat. Artinya perlu ada konsep pembangunan manusia yang mampu
menciptakan suatu lingkungan yang memungkinkan masyarakat untuk menikmati
kehidupan yang kreatif, sehat dan berumur panjang.
Penutup
Indonesia merupakan Negara yang
masih dalam status Negara berkembang. Hal ini karena masih banyak persoalan
atau kendala yang harus diperhatikan lagi. Tak dapat dimungkiri bahwa pembangunan infrastruktur menjadi prioritas utamanya dalam beberapa
tahun terakhir. Namun itu semua seperti tidak berpengaruh pada tingkat
kemiskinan masyarakat. Hal yang harus diutamakan ialah pembangunan manusia. Hal ini sebagai salah satu cara agar manusia
mampu berkembang dan bekerja secara baik. Dengan pembangunan manusia, segala
sesuatu bisa dicapai apalagi dalam aspek kehidupan. Kesejahteraan dan
kebahagiaan akan muncul ketika pembangunan manusia baik. jika hal ini terjadi
maka manusia mampu mengembangkan kemampuannya untuk bekerja sehingga
memiliki kehidupan yang layak dan bermakna.
Dengan
adanya kegagalan pembangunan tersebut, maka dibutuhkan strategi untuk
menanggulangi jumlah kemiskinan dan mampu mewujudkan cita-cita yang telah ada
dan tercantum dalam Undang-undang 1945. Pemerintah diharapkan mampu
merencanakan dan memeratakan pembangunan yang ada.
Post a Comment for " Kemiskinan di Tengah Pembangunan || Opini Maria Dinda Lestari"