Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Inti dari Aliran Filsafat Konstruktivisme - Nerapost

Inti dari Aliran Filsafat Konstruktivisme - Nerapost

 (Sumber gambar: smpnegeri3kerinci.sch.id)


Filsafat konstruktivisme adalah aliran filsafat yang menekankan bahwa pengetahuan dan realitas tidak ditemukan begitu saja, melainkan dibangun oleh individu atau kelompok melalui interaksi, pengalaman, dan pemahaman mereka terhadap dunia. Konstruktivisme berfokus pada bagaimana pengetahuan dibentuk, dikonstruksi, dan berkembang melalui proses interaksi aktif antara individu dengan lingkungan sosial dan fisiknya.

Konsep Utama dalam Filsafat Konstruktivisme:

  1. Pengetahuan Sebagai Konstruksi Sosial dan Mental Dalam konstruktivisme, pengetahuan tidak dianggap sebagai sesuatu yang objektif dan tetap yang ditemukan atau diungkapkan oleh individu. Sebaliknya, pengetahuan dilihat sebagai konstruksi aktif yang dibangun oleh individu berdasarkan pengalaman, refleksi, dan interpretasi mereka terhadap dunia. Pengetahuan itu bersifat subjektif, dan dipengaruhi oleh konteks sosial, budaya, dan pengalaman pribadi.
  2. Pengalaman Sebagai Dasar Pengetahuan Konstruktivisme menganggap bahwa pengalaman adalah sumber utama pengetahuan. Pengalaman ini bisa berupa pengalaman inderawi (seperti melihat, mendengar, merasakan) maupun pengalaman mental (seperti berpikir, merenung, dan memaknai). Pengetahuan muncul saat individu menghubungkan pengalaman-pengalaman tersebut dengan konsep-konsep yang mereka miliki, menciptakan makna atau pemahaman baru.
  3. Peran Interaksi Sosial dalam Pembentukan Pengetahuan Filsafat konstruktivisme menekankan bahwa pengetahuan bukan hanya hasil pemikiran individu semata, tetapi juga terbentuk melalui interaksi sosial. Pengetahuan dikonstruksi dalam konteks hubungan sosial, baik melalui komunikasi dengan orang lain maupun melalui diskursus dan kolaborasi. Dalam hal ini, bahasa dan budaya memiliki peran penting dalam membentuk cara kita memahami dunia.
  4. Pentingnya Aktivitas Mental dan Pembelajaran Aktif Konstruktivisme menekankan bahwa pembelajaran yang efektif terjadi ketika individu terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Pengetahuan tidak cukup hanya diberikan atau diajarkan, tetapi perlu ditemukan atau dibangun oleh individu itu sendiri. Aktivitas mental seperti berpikir kritis, memecahkan masalah, dan berdiskusi adalah cara-cara individu membangun pemahaman yang lebih dalam.


Tokoh-Tokoh Penting dalam Konstruktivisme:

  1. Jean Piaget (1896–1980)
    Piaget adalah seorang psikolog yang sangat berpengaruh dalam pengembangan teori konstruktivisme. Ia berpendapat bahwa perkembangan kognitif pada anak-anak terjadi melalui proses konstruksi mental, di mana anak-anak aktif membangun pengetahuan mereka tentang dunia berdasarkan pengalaman dan interaksi dengan lingkungan sekitar. Piaget mengenalkan konsep skema (struktur mental yang digunakan untuk memahami dunia) yang berkembang seiring waktu. Ia juga mengemukakan teori asimilasi (penyerapan informasi baru dalam skema yang ada) dan akomodasi (perubahan skema untuk menyesuaikan dengan pengalaman baru).
  2. Lev Vygotsky (1896–1934)
    Vygotsky, seorang psikolog asal Rusia, mengembangkan pandangan konstruktivisme yang lebih menekankan pada peran sosial dan bahasa dalam pembelajaran. Ia mengemukakan konsep zona perkembangan proksimal (ZPD), yaitu jarak antara kemampuan yang bisa dicapai oleh seorang individu dengan bantuan orang lain dan kemampuan yang bisa dicapai secara mandiri. Vygotsky percaya bahwa interaksi sosial, terutama dengan individu yang lebih berpengetahuan atau berpengalaman, sangat penting dalam proses belajar dan pembangunan pengetahuan.
  3. Jerome Bruner (1915–2016)
    Bruner adalah seorang psikolog dan pendidik yang berkontribusi besar pada teori konstruktivisme, khususnya dalam konteks pendidikan. Ia menekankan bahwa pembelajaran yang efektif terjadi ketika siswa aktif terlibat dalam proses penemuan. Bruner juga mengembangkan konsep scaffolding, yang merujuk pada cara guru atau orang lain mendukung dan membantu siswa untuk mengatasi tantangan pembelajaran hingga mereka dapat melakukannya secara mandiri.
  4. Ernst von Glasersfeld (1917–2010)
    Von Glasersfeld adalah tokoh utama dalam konstruktivisme radikal. Ia berpendapat bahwa pengetahuan bukanlah salinan dari realitas objektif, melainkan konstruksi mental yang dibangun oleh individu berdasarkan pengalaman mereka. Menurutnya, kita tidak bisa mengetahui dunia secara objektif, tetapi hanya bisa memahami dunia melalui cara kita membangun makna berdasarkan pengalaman pribadi.


Prinsip-Prinsip Dasar Konstruktivisme:

  1. Pengetahuan Dibangun, Bukan Ditemukan Pengetahuan tidak ada secara independen, siap untuk ditemukan. Sebaliknya, pengetahuan itu dibangun oleh individu melalui proses berpikir, berinteraksi, dan mengalami dunia. Pengetahuan yang dimiliki seseorang adalah hasil dari konstruksi mentalnya sendiri, yang dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman hidup dan interaksi sosialnya.
  2. Proses Pembelajaran Aktif Pembelajaran bukanlah proses pasif di mana individu hanya menerima informasi, melainkan proses aktif di mana individu mengorganisasi dan menginterpretasi informasi yang diterima, serta menghubungkannya dengan pengetahuan yang sudah ada. Dengan demikian, pembelajaran lebih efektif jika siswa aktif mencari, berdiskusi, dan mencoba sendiri untuk memahami konsep-konsep baru.
  3. Peran Konteks Sosial dan Budaya Konstruktivisme menekankan pentingnya konteks sosial dan budaya dalam membentuk pengetahuan. Pengetahuan individu tidak dapat dipahami sepenuhnya tanpa memperhatikan latar belakang sosial dan budaya tempat individu tersebut berada. Oleh karena itu, diskusi, kolaborasi, dan berbagi ide dalam kelompok sosial sangat penting dalam proses konstruksi pengetahuan.
  4. Pembelajaran sebagai Proses Berkelanjutan Konstruktivisme memandang pembelajaran sebagai proses yang terus-menerus dan tidak berhenti pada satu titik. Pengetahuan selalu berkembang, dan setiap pengalaman baru membawa kemungkinan untuk mengubah atau memperbaiki pemahaman yang sudah ada. Dengan demikian, pembelajaran dianggap sebagai proses yang berlangsung sepanjang hayat.

Implikasi Konstruktivisme dalam Pendidikan:

  1. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning) Konstruktivisme mendorong pembelajaran berbasis masalah, di mana siswa diberikan masalah nyata untuk dipecahkan. Melalui proses ini, siswa belajar untuk berpikir kritis, bekerja sama, dan membangun pengetahuan mereka sendiri berdasarkan pengalaman dan refleksi mereka.
  2. Pentingnya Pengajaran yang Berfokus pada Siswa Dalam pendekatan konstruktivis, guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk membangun pengetahuan mereka, bukan hanya sebagai pemberi informasi. Pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan, minat, dan tingkat pemahaman siswa, dan siswa didorong untuk berinteraksi dan berbagi ide dengan teman-temannya.
  3. Peningkatan Peran Teknologi dalam Pembelajaran Teknologi dapat digunakan dalam pendekatan konstruktivis untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih interaktif dan kolaboratif. Dengan alat teknologi, siswa dapat mengakses berbagai sumber informasi, berkolaborasi dalam proyek-proyek, dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis.

Filsafat konstruktivisme menekankan bahwa pengetahuan adalah konstruksi aktif yang dibangun oleh individu melalui pengalaman dan interaksi dengan dunia dan orang lain. Pengetahuan tidak hanya ditemukan, tetapi diciptakan melalui proses mental yang dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya. Konsep-konsep utama seperti pembelajaran aktif, pentingnya pengalaman, dan interaksi sosial, serta peran budaya dan bahasa, menjadi bagian penting dari pandangan ini. Konstruktivisme telah memberikan kontribusi besar terhadap pengembangan teori pembelajaran dan pendidikan yang lebih berpusat pada siswa, di mana mereka aktif terlibat dalam proses belajar dan membangun pengetahuan mereka sendiri.

 

Post a Comment for "Inti dari Aliran Filsafat Konstruktivisme - Nerapost"