Inti dari Aliran Filsafat Konstruktivisme - Nerapost
(Sumber gambar: smpnegeri3kerinci.sch.id)
Filsafat
konstruktivisme
adalah aliran filsafat yang menekankan bahwa pengetahuan dan realitas
tidak ditemukan begitu saja, melainkan dibangun oleh individu atau
kelompok melalui interaksi, pengalaman, dan pemahaman mereka terhadap dunia.
Konstruktivisme berfokus pada bagaimana pengetahuan dibentuk, dikonstruksi, dan
berkembang melalui proses interaksi aktif antara individu dengan lingkungan
sosial dan fisiknya.
Konsep Utama dalam Filsafat Konstruktivisme:
- Pengetahuan Sebagai Konstruksi
Sosial dan Mental
Dalam konstruktivisme, pengetahuan tidak dianggap sebagai sesuatu yang
objektif dan tetap yang ditemukan atau diungkapkan oleh individu.
Sebaliknya, pengetahuan dilihat sebagai konstruksi aktif yang
dibangun oleh individu berdasarkan pengalaman, refleksi, dan interpretasi
mereka terhadap dunia. Pengetahuan itu bersifat subjektif, dan
dipengaruhi oleh konteks sosial, budaya, dan pengalaman pribadi.
- Pengalaman Sebagai Dasar
Pengetahuan
Konstruktivisme menganggap bahwa pengalaman adalah sumber utama
pengetahuan. Pengalaman ini bisa berupa pengalaman inderawi (seperti
melihat, mendengar, merasakan) maupun pengalaman mental (seperti berpikir,
merenung, dan memaknai). Pengetahuan muncul saat individu menghubungkan
pengalaman-pengalaman tersebut dengan konsep-konsep yang mereka miliki,
menciptakan makna atau pemahaman baru.
- Peran Interaksi Sosial dalam
Pembentukan Pengetahuan Filsafat konstruktivisme menekankan bahwa pengetahuan
bukan hanya hasil pemikiran individu semata, tetapi juga terbentuk melalui
interaksi sosial. Pengetahuan dikonstruksi dalam konteks hubungan sosial,
baik melalui komunikasi dengan orang lain maupun melalui diskursus
dan kolaborasi. Dalam hal ini, bahasa dan budaya
memiliki peran penting dalam membentuk cara kita memahami dunia.
- Pentingnya Aktivitas Mental dan Pembelajaran Aktif Konstruktivisme menekankan bahwa pembelajaran yang efektif terjadi ketika individu terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Pengetahuan tidak cukup hanya diberikan atau diajarkan, tetapi perlu ditemukan atau dibangun oleh individu itu sendiri. Aktivitas mental seperti berpikir kritis, memecahkan masalah, dan berdiskusi adalah cara-cara individu membangun pemahaman yang lebih dalam.
Tokoh-Tokoh Penting dalam Konstruktivisme:
- Jean Piaget (1896–1980)
Piaget adalah seorang psikolog yang sangat berpengaruh dalam pengembangan teori konstruktivisme. Ia berpendapat bahwa perkembangan kognitif pada anak-anak terjadi melalui proses konstruksi mental, di mana anak-anak aktif membangun pengetahuan mereka tentang dunia berdasarkan pengalaman dan interaksi dengan lingkungan sekitar. Piaget mengenalkan konsep skema (struktur mental yang digunakan untuk memahami dunia) yang berkembang seiring waktu. Ia juga mengemukakan teori asimilasi (penyerapan informasi baru dalam skema yang ada) dan akomodasi (perubahan skema untuk menyesuaikan dengan pengalaman baru). - Lev Vygotsky (1896–1934)
Vygotsky, seorang psikolog asal Rusia, mengembangkan pandangan konstruktivisme yang lebih menekankan pada peran sosial dan bahasa dalam pembelajaran. Ia mengemukakan konsep zona perkembangan proksimal (ZPD), yaitu jarak antara kemampuan yang bisa dicapai oleh seorang individu dengan bantuan orang lain dan kemampuan yang bisa dicapai secara mandiri. Vygotsky percaya bahwa interaksi sosial, terutama dengan individu yang lebih berpengetahuan atau berpengalaman, sangat penting dalam proses belajar dan pembangunan pengetahuan. - Jerome Bruner (1915–2016)
Bruner adalah seorang psikolog dan pendidik yang berkontribusi besar pada teori konstruktivisme, khususnya dalam konteks pendidikan. Ia menekankan bahwa pembelajaran yang efektif terjadi ketika siswa aktif terlibat dalam proses penemuan. Bruner juga mengembangkan konsep scaffolding, yang merujuk pada cara guru atau orang lain mendukung dan membantu siswa untuk mengatasi tantangan pembelajaran hingga mereka dapat melakukannya secara mandiri. - Ernst von Glasersfeld
(1917–2010)
Von Glasersfeld adalah tokoh utama dalam konstruktivisme radikal. Ia berpendapat bahwa pengetahuan bukanlah salinan dari realitas objektif, melainkan konstruksi mental yang dibangun oleh individu berdasarkan pengalaman mereka. Menurutnya, kita tidak bisa mengetahui dunia secara objektif, tetapi hanya bisa memahami dunia melalui cara kita membangun makna berdasarkan pengalaman pribadi.
Prinsip-Prinsip Dasar Konstruktivisme:
- Pengetahuan Dibangun, Bukan
Ditemukan
Pengetahuan tidak ada secara independen, siap untuk ditemukan. Sebaliknya,
pengetahuan itu dibangun oleh individu melalui proses berpikir,
berinteraksi, dan mengalami dunia. Pengetahuan yang dimiliki seseorang
adalah hasil dari konstruksi mentalnya sendiri, yang dipengaruhi oleh
pengalaman-pengalaman hidup dan interaksi sosialnya.
- Proses Pembelajaran Aktif Pembelajaran bukanlah proses
pasif di mana individu hanya menerima informasi, melainkan proses aktif di
mana individu mengorganisasi dan menginterpretasi informasi yang diterima,
serta menghubungkannya dengan pengetahuan yang sudah ada. Dengan demikian,
pembelajaran lebih efektif jika siswa aktif mencari, berdiskusi,
dan mencoba sendiri untuk memahami konsep-konsep baru.
- Peran Konteks Sosial dan Budaya Konstruktivisme menekankan
pentingnya konteks sosial dan budaya dalam membentuk pengetahuan.
Pengetahuan individu tidak dapat dipahami sepenuhnya tanpa memperhatikan
latar belakang sosial dan budaya tempat individu tersebut berada. Oleh
karena itu, diskusi, kolaborasi, dan berbagi ide dalam kelompok sosial
sangat penting dalam proses konstruksi pengetahuan.
- Pembelajaran sebagai Proses
Berkelanjutan
Konstruktivisme memandang pembelajaran sebagai proses yang terus-menerus
dan tidak berhenti pada satu titik. Pengetahuan selalu berkembang, dan
setiap pengalaman baru membawa kemungkinan untuk mengubah atau memperbaiki
pemahaman yang sudah ada. Dengan demikian, pembelajaran dianggap sebagai
proses yang berlangsung sepanjang hayat.
Implikasi Konstruktivisme dalam Pendidikan:
- Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem-Based Learning) Konstruktivisme mendorong pembelajaran berbasis
masalah, di mana siswa diberikan masalah nyata untuk dipecahkan. Melalui
proses ini, siswa belajar untuk berpikir kritis, bekerja sama, dan
membangun pengetahuan mereka sendiri berdasarkan pengalaman dan refleksi
mereka.
- Pentingnya Pengajaran yang
Berfokus pada Siswa
Dalam pendekatan konstruktivis, guru berperan sebagai fasilitator yang
membantu siswa untuk membangun pengetahuan mereka, bukan hanya sebagai
pemberi informasi. Pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan, minat,
dan tingkat pemahaman siswa, dan siswa didorong untuk berinteraksi dan
berbagi ide dengan teman-temannya.
- Peningkatan Peran Teknologi dalam
Pembelajaran
Teknologi dapat digunakan dalam pendekatan konstruktivis untuk menciptakan
pengalaman belajar yang lebih interaktif dan kolaboratif. Dengan alat
teknologi, siswa dapat mengakses berbagai sumber informasi, berkolaborasi
dalam proyek-proyek, dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis.
Filsafat konstruktivisme
menekankan bahwa pengetahuan adalah konstruksi aktif yang dibangun oleh
individu melalui pengalaman dan interaksi dengan dunia dan orang lain.
Pengetahuan tidak hanya ditemukan, tetapi diciptakan melalui proses mental yang
dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya. Konsep-konsep utama seperti
pembelajaran aktif, pentingnya pengalaman, dan interaksi sosial, serta peran
budaya dan bahasa, menjadi bagian penting dari pandangan ini. Konstruktivisme
telah memberikan kontribusi besar terhadap pengembangan teori pembelajaran dan
pendidikan yang lebih berpusat pada siswa, di mana mereka aktif terlibat dalam
proses belajar dan membangun pengetahuan mereka sendiri.
Post a Comment for "Inti dari Aliran Filsafat Konstruktivisme - Nerapost"