Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengenal Aliran Filsafat Kritisme - Nerapost

Mengenal Aliran Filsafat Kritisme - Nerapost

 (Sumber gambar: madurapers.com)


Filsafat kritisisme (atau kritisisme) adalah aliran filsafat yang dikembangkan oleh Immanuel Kant pada abad ke-18. Filsafat ini berfokus pada batas-batas pengetahuan manusia dan berusaha untuk memahami bagaimana pengetahuan dapat dicapai serta apa yang dapat kita ketahui tentang dunia ini. Dengan kata lain, kritisisme bertujuan untuk mengkritisi dan menyaring ide-ide tentang pengetahuan, moralitas, dan eksistensi berdasarkan kemampuan rasional manusia.

Konsep Utama dalam Filsafat Kritisisme:

  1. Transendentalisme dan Pertanyaan tentang Pengetahuan Kant menyebut pendekatan filsafatnya sebagai "kritik" (kritik terhadap akal budi) karena ia mencoba untuk mengkritisi dan memeriksa bagaimana kita memperoleh pengetahuan dan batasannya. Filsafat kritisisme berusaha untuk menjawab pertanyaan fundamental: Bagaimana kita bisa tahu sesuatu?

Kant berargumen bahwa pengetahuan kita dibentuk oleh dua elemen utama:

    • Data inderawi: Informasi yang datang dari dunia luar melalui indera kita.
    • Struktur pikiran: Kategori-kategori atau bentuk-bentuk pikiran yang mengorganisir dan memproses data inderawi.

Menurut Kant, pikiran manusia tidak hanya pasif menerima data dari dunia luar, tetapi juga aktif dalam membentuk pengetahuan dengan mengorganisir informasi yang diterima sesuai dengan kategori-kategori a priori yang sudah ada dalam pikiran kita, seperti ruang, waktu, dan kausalitas. Oleh karena itu, kita tidak dapat mengetahui dunia "seperti adanya" (noumenal), melainkan hanya dunia sebagaimana kita alami atau persepsikan melalui indera kita, yang ia sebut fenomena.

  1. Batas Pengetahuan (Fenomena vs. Noumena) Kant membedakan antara dua dunia yang kita hadapi:
    • Fenomena: Dunia yang kita alami melalui indera kita, dunia yang dapat kita ketahui dan pelajari.
    • Noumena: Dunia yang ada di luar jangkauan pengetahuan kita, yaitu dunia seperti adanya, yang tidak bisa kita ketahui secara langsung.

Menurut Kant, kita hanya bisa memperoleh pengetahuan tentang dunia fenomenal (dunia yang kita alami), sedangkan dunia noumenal (dunia yang ada di luar pengalaman kita) tidak dapat diketahui oleh manusia. Dengan kata lain, meskipun ada kenyataan yang lebih dalam dan lebih besar dari apa yang kita alami, kita tidak dapat mengaksesnya secara langsung.

  1. A priori dan A posteriori
    • A priori: Pengetahuan yang ada sebelum pengalaman dan tidak bergantung pada pengalaman. Misalnya, kategori-kategori seperti ruang dan waktu adalah elemen-elemen yang mendahului pengalaman.
    • A posteriori: Pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman langsung. Ini adalah pengetahuan yang kita dapatkan setelah berinteraksi dengan dunia luar, seperti mengetahui bahwa api itu panas.

Kant menyatakan bahwa kategori-kategori a priori adalah struktur dasar yang diperlukan untuk memungkinkan kita memperoleh pengalaman dan pengetahuan. Tanpa struktur mental ini, kita tidak bisa memahami apa pun.

  1. Kritik terhadap Metafisika dan Rasionalisme Kant mengkritik filsafat rasionalisme yang menganggap bahwa pengetahuan bisa diperoleh hanya melalui akal budi murni (tanpa bergantung pada pengalaman). Filsuf seperti Descartes dan Leibniz berpendapat bahwa kita dapat mengetahui prinsip-prinsip dasar tentang dunia hanya melalui alasan dan logika, tanpa pengalaman dunia nyata. Kant berpendapat bahwa meskipun akal budi memiliki peran penting, pengetahuan manusia tidak hanya berasal dari akal, tetapi juga dari pengalaman inderawi.

Selain itu, Kant juga mengkritik metafisika tradisional, yang berusaha untuk mengetahui hal-hal yang tidak bisa dijangkau oleh pengalaman, seperti Tuhan, jiwa, dan alam semesta dalam arti absolut. Kant berargumen bahwa metafisika, dalam bentuknya yang tradisional, tidak dapat menjadi ilmu pengetahuan karena berusaha memahami hal-hal yang tidak dapat dijangkau oleh pengalaman inderawi atau akal manusia.

  1. Prinsip Moralitas (Imperatif Kategoris) Dalam filsafat moral Kant, ia mengembangkan imperatif kategoris, yang merupakan prinsip moral universal yang dapat diterima oleh semua rasionalitas. Imperatif kategoris menyatakan bahwa seseorang harus bertindak hanya sesuai dengan prinsip yang bisa diterima sebagai hukum universal, yakni yang berlaku untuk semua orang dalam situasi yang sama. Ini berbeda dengan prinsip moral lain yang bergantung pada kondisi atau hasil tertentu.

Salah satu contoh imperatif kategoris adalah: "Tindaklah sedemikian rupa sehingga maksud tindakanmu bisa dijadikan hukum universal." Dengan kata lain, kita harus bertindak hanya jika tindakan kita dapat diterima oleh orang lain dan diterapkan secara umum tanpa kontradiksi.

  1. Pencapaian Filsafat Kritisisme Filsafat kritisisme membawa pembaruan besar dalam cara kita memandang dunia dan kemampuan manusia untuk memahami realitas. Kant berusaha menjawab ketegangan antara rasionalisme (yang menekankan akal) dan empirisme (yang menekankan pengalaman inderawi). Ia mengajukan bahwa pengetahuan manusia terbatas oleh struktur akal dan pengalaman kita, dan bahwa kita hanya dapat mengetahui dunia fenomenal, bukan dunia seperti adanya.

Filsafat kritisisme yang dikembangkan oleh Immanuel Kant adalah sebuah usaha untuk memahami batas-batas kemampuan pengetahuan manusia. Kant berpendapat bahwa pengetahuan kita tidak hanya berasal dari pengalaman inderawi atau dari akal budi murni, tetapi keduanya bekerja bersama-sama. Ia membedakan antara dunia fenomenal (yang kita alami) dan noumenal (dunia seperti adanya, yang tidak dapat kita ketahui). Filsafat kritisisme juga mengkritik pandangan-pandangan metafisika yang tidak dapat dibuktikan melalui pengalaman atau akal, serta mengembangkan teori moral berdasarkan prinsip universal yang disebut imperatif kategoris. Filsafat ini memiliki dampak besar pada perkembangan filsafat modern dan membentuk banyak pemikiran dalam epistemologi, metafisika, dan etika.

Post a Comment for "Mengenal Aliran Filsafat Kritisme - Nerapost"