Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Enam Konsep Teologi Sosial Menurut Daniel Franklin E. Pilario - Nerapost

Enam Konsep Teologi Sosial Menurut Daniel Franklin E. Pilario - Nerapost

(Sumber gambar: metromanila.politiko.com)


Konsep teologi sosial menurut Daniel Franklin E. Pilario berakar kuat dalam pengalaman nyata orang miskin dan keterlibatan langsung dalam perjuangan sosial. Ia mengembangkan pendekatan teologis yang kontekstual, praksis, dan berpihak pada kaum tertindas. Berikut penjabaran konsep teologi sosial menurut Pilario secara sistematis:

1. Teologi sebagai Respons terhadap Realitas Sosial

Pilario menolak pendekatan teologi yang hanya bersifat spekulatif dan elitis. Bagi dia, teologi harus berangkat dari kondisi konkret masyarakat, terutama penderitaan dan ketidakadilan yang dialami orang miskin. Maka, realitas sosial adalah lokus teologi (tempat utama refleksi teologis). “Teologi dimulai bukan dari buku, tetapi dari tubuh-tubuh yang disiksa oleh kemiskinan dan kekerasan.”

2. Doing Theology at the Margins (Berteologi di Pinggiran)

Pilario memperkenalkan pendekatan yang disebutnya: “doing theology at the margins” berteologi di pinggiran, bukan dari pusat kekuasaan atau akademi. Ia percaya bahwa orang-orang di pinggiran (slum dwellers, korban kekerasan, orang miskin kota) adalah subjek teologis sejati.

  • Mereka bukan hanya objek belas kasih atau misi gereja, tetapi mitra aktif dalam proses berteologi.
  • Pengalaman hidup mereka adalah “teks teologis”.

3. Keterlibatan Sosial sebagai Dimensi Teologi

Pilario menekankan bahwa teologi bukan hanya diskursus, tetapi aksi nyata. Ia menganut prinsip bahwa berteologi adalah bertindak untuk transformasi sosial.

  • Teologi sosial harus membongkar struktur dosa (struktural sin), seperti kemiskinan sistemik, kekerasan negara, atau eksploitasi.
  • Maka, pembebasan bukan sekadar tema, tetapi tujuan dari teologi.

4. Hermeneutika Kontekstual

Pilario menggunakan pendekatan hermeneutika kontekstual: menafsirkan Kitab Suci dalam terang realitas lokal.

  • Ia menghindari pendekatan yang terlalu normatif dan universalistik.
  • Teologi harus “diterjemahkan” ke dalam konteks lokal, khususnya konteks Asia dan masyarakat miskin kota.

5. Liturgi dan Keadilan Sosial

Salah satu kontribusi khas Pilario adalah menghubungkan liturgi dengan perjuangan sosial. Liturgi tidak hanya seremoni religius, tetapi harus menjadi perayaan iman yang membebaskan, yang mengangkat harapan di tengah penderitaan. Liturgi, bagi Pilario, bukan pelarian dari realitas, tetapi perjumpaan iman yang memotivasi tindakan sosial.

6. Teologi sebagai Proses Bersama

Teologi sosial menurut Pilario bukan milik kaum rohaniwan atau akademisi, tetapi merupakan proses kolaboratif antara gereja dan umat, terutama yang tertindas.

  • Ia menolak model top-down.
  • Teologi adalah proses “mendengarkan, berdialog, dan berjalan bersama” rakyat miskin.

Konsep teologi sosial menurut Daniel Franklin E. Pilario adalah teologi yang:

  • Bersumber dari pengalaman orang miskin,
  • Berorientasi pada keadilan dan pembebasan,
  • Berakar di konteks sosial nyata,
  • Melibatkan praksis sosial-politik,
  • Dan membangun iman yang membebaskan, bukan meminggirkan.

Teologi sosial bukan hanya tentang berpikir soal Tuhan, tetapi tentang menghadirkan kasih Allah di tengah penderitaan dan ketidakadilan dunia.

 

Post a Comment for "Enam Konsep Teologi Sosial Menurut Daniel Franklin E. Pilario - Nerapost"