Implikasi Teologi Pertanian bagi Karya Pastoral Gereja - Nerapost
(Sumber gambar: www.sesawi.net)
Dalam
konteks masyarakat agraris, pertanian bukan sekadar kegiatan ekonomi, melainkan
menyangkut relasi yang mendalam antara manusia, alam, dan Allah. Sayangnya,
dalam banyak karya pastoral gereja, perhatian terhadap dunia pertanian sering
kali tersisih oleh isu-isu lain yang dianggap lebih "rohani".
Padahal, jika gereja mau setia pada panggilannya sebagai rekan sekerja Allah
dalam pemeliharaan ciptaan, maka dunia pertanian mesti menjadi perhatian utama.
Di sinilah teologi pertanian
menjadi penting: sebagai refleksi iman tentang bagaimana Allah hadir dan
berkarya dalam dinamika hidup bertani, dan bagaimana gereja semestinya
meresponsnya dalam karya pastoral.
1. Allah sebagai Pencipta dan Pemelihara Alam
Teologi
pertanian menggarisbawahi keyakinan bahwa bumi dan segala isinya adalah ciptaan
Allah yang baik (Kejadian 1:31). Allah mempercayakan bumi kepada manusia untuk
"mengusahakan dan memelihara" (Kejadian 2:15). Maka, pertanian
merupakan salah satu bentuk konkret partisipasi manusia dalam karya penciptaan
Allah. Implikasi pastoralnya: Gereja
perlu membantu umat terutama petani untuk menyadari bahwa pekerjaan mereka
bukan sekadar mencari nafkah, melainkan bagian dari panggilan spiritual. Ini
bisa dihidupi melalui doa syukur panen, berkat ladang, atau penyuluhan iman
yang membahas pertanian dalam terang Kitab Suci.
2. Keadilan Sosial dalam Konteks Agraria
Realitas
ketimpangan agraria, kemiskinan petani, dan eksploitasi sumber daya alam
menunjukkan bahwa sistem pertanian kita sering tidak adil. Dalam terang Injil,
teologi pertanian menyoroti panggilan gereja untuk berdiri di sisi kaum lemah
dan tertindas, termasuk petani kecil yang sering kali tidak memiliki lahan,
akses ke modal, atau perlindungan hukum. Implikasi pastoralnya: Gereja tidak boleh netral dalam
ketidakadilan agraria. Gereja dipanggil untuk melakukan pendampingan struktural
baik melalui advokasi kebijakan pro-petani, mendukung koperasi tani, maupun
memberikan pelatihan agar umat dapat mandiri secara ekonomi dan berdaya secara
sosial.
3. Ekologi dan Keberlanjutan Lingkungan
Pertanian
yang tidak ramah lingkungan telah menjadi penyebab utama degradasi tanah,
pencemaran air, dan hilangnya keanekaragaman hayati. Teologi pertanian mengajak
gereja untuk mendorong praktik bertani yang berkelanjutan dan etis, sebagai
bentuk tanggung jawab atas ciptaan. Implikasi
pastoralnya: Karya pastoral harus menyentuh isu-isu ekologi dengan
konkret misalnya, mengintegrasikan pendidikan lingkungan dalam katekese,
mendukung pertanian organik, serta mendorong umat untuk menjadi “pelayan
ciptaan” yang bijak dalam mengelola alam.
4. Inkulturasi dan Kearifan Lokal
Pertanian
selalu terikat dengan budaya lokal. Setiap daerah memiliki sistem pengetahuan,
nilai, dan praktik yang diwariskan turun-temurun dalam mengelola alam. Teologi
pertanian mengajak gereja untuk tidak hanya menghormati kearifan ini, tetapi
juga menjadikannya bagian dari pewartaan iman. Implikasi pastoralnya: Gereja bisa mengintegrasikan simbol-simbol
pertanian dalam liturgi, doa, atau ritual syukur panen, serta menjadikan
kearifan lokal sebagai bagian dari pembinaan iman umat.
5. Spiritualitas Bertani
Bertani
membutuhkan ketekunan, harapan, dan relasi yang mendalam dengan tanah dan cuaca
hal-hal yang mengandung nilai spiritual yang kaya. Dalam terang teologi,
bertani dapat menjadi bentuk kontemplasi dan penyerahan diri kepada Allah. Implikasi pastoralnya:
Gereja dapat membantu umat untuk menemukan makna spiritual dalam pekerjaan
sehari-hari. Retret petani, doa bersama di ladang, atau pembinaan spiritual
kontekstual dapat menjadi bentuk penghayatan iman dalam kehidupan bertani.
Teologi pertanian membuka mata gereja bahwa karya pastoral tidak hanya terjadi di altar atau mimbar, tetapi juga di sawah, ladang, dan kebun di tempat umat menggumulkan hidup mereka sehari-hari. Dengan menyelaraskan iman, ekologi, keadilan, dan budaya, gereja dapat menjalankan karya pastoral yang benar-benar inkarnatif: hadir, relevan, dan transformatif dalam kehidupan petani dan masyarakat agraris secara umum.
Post a Comment for "Implikasi Teologi Pertanian bagi Karya Pastoral Gereja - Nerapost"