Membangun Keluarga yang Harmonis - Nerapost
(Refleksi atas Peran Keluarga dalam Pembentukan Kepribadian yang Ideal)
Pengertian keluarga menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah ibu dan bapak beserta anak-anaknya: seisi rumah. Keluarga menurut ajaran
Gereja dan terutama dalam dokumen Konsili Vatikan II adalah ikatan antara
orang-orang yang berusaha supaya cinta makin hari makin menghangatkan. Fungsi
kelurga pada umumnya adalah membentuk kepribadian anak. Dalam keluarga anak
dididik dan orangtua memberikan nilai-nilai (ajaran-ajaran) yang berguna dan
anak menerima nilai-nilai yang diwariskan oleh orangtuanya demi perkembangan
dirinya. Perkembangan kepribadian anak tidak dapat dipisahkan dari keadaan
keluarga. Keluarga adalah tempat pertama anak bertumbuh dan berkembang.
Keluarga dikatakan harmonis bila antara anggota keluarga hidup penuh cinta dan
saling mendukung. Orangtua dan anak saling mencintai satu sama lain. Tidak ada
sikap egois dan mementingkan diri sendiri.
(Baca
juga: Perjamuan Suci di Meja Hidang || Puisi BD)
Aku dan Keluargaku Saling Bekerja Sama
Apa
maksud kerjasama antara aku dan anggota keluargaku di sini? Apakah bekerja sama
itu sama dengan bekerja secara bersama-sama, sama-sama bekerja atau bekerja di
tempat yang sama? Bekerja sama adalah bekerja yang melibatkan hati dan pikiran,
bekerja yang menyatukan persepsi dan konsep, bekerja yang berangkat dari
visi dan misi serta tujuan yang satu, bekerja yang melahirkan sikap
seperjuangan, bekerja yang melahirkan simpul-simpul penyatuan antar pribadi. Di
dalam kerja sama dibutuhkan sikap persaudaraan dan persahabatan sehingga di
dalam niat akan tercipta rasa aman dan memperoleh dukungan antara aku dan
keluargaku. Yang menjadi kerja sama adalah ketaatan dan kesetiaan kepada
komitmen pribadi. Dalam keluarga akan tercipta suasana yang harmonis bila
terjalin kerja sama yang baik antara semua anggota keluarga.
Keluarga adalah satu kesatuan yang utuh sehingga setiap anggota keluarga tidak dapat berjalan sendiri sesuai dengan keinginannya masing-masing. Orangtua hendaknya jangan lebih mementingkan kepentingan pribadi dan memaksakan kehendaknya untuk dilakukan anaknya tanpa melihat kemampuan anaknya. Demikian sebaliknya dengan seorang anak, janganlah melakukan sesuatu hal berdasarkan keinginan, selera, atau apa yang menyenangkan diriku. Orangtua dan anak seharusnya mempunyai visi yang sama dan saling mengerti dalam menjalankan visi tersebut. Orangtua harus tahu kemampuan anaknya dan sebaliknya anak juga harus mengerti yang diinginkan orangtua terhadap dirinya. Dalam mewujudkan suatu kerja sama yang baik di antara kita, sikap saling mengerti, seperasaan atau sehati sangat dibutuhkan.
(Baca juga: Salib vs Absurditas - Nerapost)
Aku dan Kelurgaku selalu Hidup dalam Persaudaraan
Manusia diciptakan untuk hidup damai,
tenteram, dan bahagia. Hal ini diperoleh, yaitu salah satunya dengan cara hidup
dalam persaudaraan dengan sesama. Dasar hidup persaudaraan ini adalah cinta.
Dalam keluarga, jika tidak ada cinta di antara anggota keluarga maka kehidupan
keluarga tidak akan rukun, selalu berkelahi, atau tidak harmonis. Keluarga akan
bahagia bila setiap anggota keluarga saling mencintai. Orangtua mencintai
anaknya dan mendidiknya dengan penuh kasih dan sebaliknya anak-anak pun
mencintai orangtua dan saudara-saudarinya. Cinta di sini bukanlah hanya sebatas
sebuah ucapan, tetapi ditunjukkan dalam pengalaman kebersamaan anggota keluarga
di tengah hidup keluarga.
Setiap anggota keluarga harus saling mendukung, saling
melengkapi, bekerja sama, memahami dan mengerti, percaya, serta jujur. Aku dan
sesamaku selalu hidup dalam persaudaraan. Bagaimana mewujudkannya dalam
keluarga kita bahwa kita selalu hidup dalam persaudaraan?. Caranya adalah
cintailah orang lain(anggota keluarga kita) seperti kita mencintai diri
sendiri. Jika kita mampu melakukan hal ini, yakinlah hidup keluarga kita akan
menjadi rukun, harmonis, dan penuh canda tawa.
Kita akan merasa bahwa kehadiran sesama (anggota
keluarga) kita sangatlah berarti bagi hidup kita. Kita tidak boleh mementingkan
diri sendiri atau bersifat egois. Ada sebuah tulisan yang berbunyi demikian: “Aku urusanku dan kamu urusan kamu, aku bukan diciptakan untuk
penuhi harapanmu. Kamu adalah kamu dan aku adalah aku. Bila suatu waktu kita berpapasan, baiklah itu dan indah.Bila
tidak, tidak ada ruginya.” Kita
harus saling memperhatikan satu dengan yang lainnya. Dalam hidup di tengah
anggota keluarga, kita hendaknya menyadari bahwa keluarga sangatlah berarti
bagi hidupku. Orangtua kita pasti sangat mencintai kita. Lalu apa balasanku
terhadap yang telah diberikan oleh orangtua terhadap diriku? Hidup kita di rumah
akan tenang dan penuh kebahagiaan jika kita hidup dalam persaudaraan. Kita
harus berprinsip bahwa kita semua adalah saudara, atau orang Ambon mengatakan “Torang semua Basudara.”
(Baca
juga: Kita Terus Mencari: Terbuka Diperkaya? - Nerapost)
Aku dan Keluargaku selalu Menjalin Relasi-Komunikasi dengan Baik
Dalam arti asli dan lebih mendalam, komunikasi dihubungkan dengan
subyek-subyek yang berkomunikasi, atas dasar kesamaan martabat sebagai citra
dan gambaran Allah. Tanpa ada komunikasi yang jujur, terbuka, baik dengan
kata-kata maupun dengan isyarat, sulit bagi kita untuk memahami keluarga
harmonis. Dalam komunikasi yang jujur, benar, setiap anggota keluarga dapat
mengungkapkan pikiran-pikirannya, terutama mengenai perasaan yang terdalam
tentang apa yang mereka alami dalam keluarga, tanpa merasa takut ditolak,
karena tahu bahwa mereka saling menerima dan mencintai. Dalam komunikasi
seseorang sedang membuka dirinya, menyatakan dirinya kepada orang lain. Agar
proses pembukaan diri itu dapat berjalan dengan lancar, maka seseorang harus
mampu berbicara secara konkret dan nyata. Keterbukaan diri itu akan semakin
nyata jika masing-masing pihak mau mendengarkan dan memberi diri untuk membuka
diri mereka bagi orang lain. Komunikasi yang baik akan membantu perkembangan
relasi pribadi di dalam keluarga dan masyarakat.
Jika komunikasi dalam keluarga berjalan dengan lancar,
maka banyak kesulitan dan permasalahan dapat diselesaikan secara kekeluargaan.
Namun bila komunikasi antar keluarga mengalami hambatan, maka banyak
permasalahan dan problem keluarga yang tidak dapat dipecahkan. Komunikasi yang
baik akan memperdalam relasi cinta kasih di dalam keluarga. Jika orang tua
tidak mampu berkomunikasi dengan anggota keluarganya dengan baik, maka suasana
yang tercipta dalam keluarga mereka tidak akan harmonis. Kekacauanlah yang akan
terjadi di dalam keluarga mereka. Anak-anak dalam keluarga akan merasa ada rasa
segan atau bahkan merasa ketakutan terhadap orang tua mereka. Bisa jadi mereka
tidak berani berbicara kepada orang tuanya. Dan begitu juga sebaliknya, jika
seorang anak tidak mampu berkomunikasi dengan orang tua atau anggota keluarga
lain maka kekacauanlah yang akan terjadi di dalam keluarga mereka. Orang tua
atau kakak adik tidak akan mengetahui apa yang hendak dilakukannya.
Komunikasi yang baik akan tercipta jika relasi di dalam
keluarga terjalin dengan baik, sehingga anak merasa aman, tenteram, damai.
Sehingga suasana keluarga tersebut akan harmonis. Dan jika relasi dalam
keluarga tidak baik, maka segalanya akan hancur. Seseorang tidak akan
mempedulikan anggota keluarganya yang lain. Suasana yang terjadi akan kacau,
berantakkan dan keluarga harmonis tidak akan pernah tercapai. Hal itu juga akan
sangat berpengaruh terhadap komunikasi dalam keluarga. Seorang anak tidak akan
mampu menyampaikan pendapatnya kepada orang tuanya, kakak adiknya. Seseorang
tidak akan mampu membagikan perasaannya kepada yang lain. Sehingga mereka akan
merasa kesepian di dalam keramaian. Bukan hanya relasi dengan sesama yang perlu
kita bangun, relasi dan komunikasi dengan Tuhan juga sangat perlu dan penting
untuk dikembangkan dan dihidupi. Kita juga harus membangun relasi dan
komunikasi yang hangat dengan Tuhan lewat doa. Lewat doa kita bersyukur dan
berterima kasih kepada Allah.
Membangun keluarga yang harmonis memerlukan sikap saling mencintai
antara semua anggota keluarga. Sikap saling mencintai adalah dasar dalam hidup
bersama anggota keluarga. Dengan sikap saling mencintai, setiap anggota
keluarga akan saling menghargai satu sama lain. Selain itu, sikap saling
mencintai juga akan terjalin komunikasi dan kerja sama yang baik dalam
keluarga. Jika keluarga hidup saling mencintai satu sama lain maka keharmonisan
kehidupan keluarga akan terjalin dengan baik.
Oleh: Sisilia Serafiana Simpat, Mahasiswi semester II, Prodi PGSD, UNIKA St. Paulus Ruteng.
Post a Comment for "Membangun Keluarga yang Harmonis - Nerapost"